Pakar: Physical Distancing Turunkan Penularan Corona, tapi Belum Cukup

Pakar: Physical Distancing Turunkan Penularan Corona, tapi Belum Cukup

Danu Damarjati - detikNews
Kamis, 16 Apr 2020 17:44 WIB
Pencegahan Penyebaran Virus Corona di Banyuwangi
Foto ilustrasi. (Ardian Fanani/detikcom)
Jakarta -

Para ilmuwan lintas universitas membuat simulasi soal efek dari imbauan pembatasan interaksi fisik (physical distancing). Ternyata kasus baru COVID-19 mulai turun usai adanya imbauan physical distancing, meski belum bisa dibilang signifikan.

"Angka reproduksi harian sudah mulai mengalami penurunan karena perubahan perilaku masyarakat dan kebijakan pemerintah (physical distancing) namun masih belum efektif menekan penyebaran (R<1)," tulis tim SimcovID.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keterangan SimcovID disampaikan oleh peneliti matematika epidemiologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Nuning Nuraini kepada detikcom, Kamis (16/4/2020).

Tim menggunakan 'R' sebagai lambang reproduksi kasus COVID-19, atau bisa diartikan sebagai nilai kasus positif COVID-19 yang muncul dari satu kasus. Bila nilai R sebesar 2, maka 1 orang yang terinfeksi bisa menulari 2 orang lain. Padahal, nilai R sebesar 1 saja sudah bisa menjadi indikator pandemi COVID-19 akan berlanjut. Maka nilai R perlu lebih kecil dari 1 supaya penyebaran virus ini berhenti.

ADVERTISEMENT

Untuk social distancing atau physical distancing, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pertama mengimbau perilaku ini untuk diterapkan pada 15 Maret kemarin. Di wilayah episentrum Corona, Gubernur Jakarta Anies Baswedan menyerukan penerapan social distancing pada hari yang sama. Pada 17 Maret, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirim SMS blast agar masyarakat menghindari kerumunan.

PSBB diterapkan di Jakarta mulai 10 April dan rencananya berakhir 23 April. PSBB di Jawa Barat dimulai pada 15 April. Di Tangerang Raya, Banten, PSBB akan mulai pada 18 April nanti. Tim SimcovID belum mencermati efek PSBB secara khusus melainkan lebih kepada efek imbauan physical distancing, soalnya penelitian dimulai saat PSBB baru berumur dua hari.

Berikut ini pengamatan SimcovID terhadap hasil physical distancing di Indonesia dan PSBB di Jakarta:


Estimasi di Indonesia

Grafik estimasi dari tim SimcovID ini terlihat berbeda bila dibandingkan dengan grafik kasus baru yang ada di situs resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Ini karena SimcovID memasukkan data kematian, data kesembuhan, hingga infeksi. Grafik tim SimcovID menunjukkan puncak kasus baru terjadi menjelang tanggal 15 Maret.

"Jadi kalau ada lonjakan kasus infeksi baru di hari itu maka Rt bisa tinggi," kata Nuning Nuraini, memberi penjelasan.

Angka reproduksi harian (Rt) kasus aktif di Indonesia jelang 15 Maret paling tinggi, yakni 6,8. Artinya, tiap 1 orang positif COVID-19 mampu menularkan 6,8 kali lipat ke orang lainnya, per hari itu saja. Grafik untuk estimasi Pasien dalam Pengawasan (PDP) positif COVID-19 lebih tinggi lagi, angka reproduksi harian (Rt) mencapai 8,5 jelang 15 Maret.

Angka reproduksi harian untuk kasus aktif kini sudah menurun karena adanya perubahan perilaku masyarakat. Angka reproduksi secara umum (Ro) kini sekitar 3,3 hingga 3,8. Angka reproduksi harian (Rt) kasus aktif berada di angka 2. Artinya, terjadi penurunan namun demikian penularan masih terjadi. Untuk menghentikan penularan, maka angka R harus lebih kecil dari 1.

"Untuk angka Rt tingkat Indonesia, masih ada tanjakan," kata Nuning.

Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)

Estimasi di Jakarta

Reproduksi harian (Rt) kasus aktif COVID-19 di Jakarta yang paling tinggi mencapai angka 6, terjadi sekitar 8 Maret. Angka itu kemudian terus menurun seiring waktu. Pada 10 April, saat angka reproduksi harian memang sudah cenderung turun, PSBB diberlakukan di Jakarta. Kini angka reproduksi harian COVID-1 di Jakarta sebesar 1,5.

Reproduksi harian (Rt) Pasien Dalam Pengawasan (PDP) positif COVID-19 di Jakarta mencapai angka 7,5 sekitar 15 Maret dan terus menurun. 10 April, physical distancing berupa PSBB diterapkan sebagai kebijakan, dan diprediksi tingkat Rt akan berada pada angka 2 hingga 20 April nanti.

"Di Jakarta, physical distancing membawa dampak flattening the curve (menurunkan kurva), tapi masih kurang ampuh untuk menekan Rt ke bawah 1," kata Nuning.

Nuning menilai physical distancing tidak mampu menurunkan kurva penularan ini hingga ke level di bawah 1 alias level aman, yakni situasi saat satu kasus COVID-19 tidak menular ke orang lain. Kurva ini bisa diturunkan ke level aman lewat langkah karantina wilayah alias lockdown.

"Dari studi kasus di negara-negara lain, karantina wilayah atau lockdown cukup ampuh untuk menekan Rt di bawah 1," kata Nuning.

Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)

Mancanegara

Berkaca dari kebijakan menangani wabah COVID-19 di beberapa negara, tim SimcovID menyampaikan bahwa perkiraan tingkat reproduksi kasus COVID-19 (dilambangkan dengan 'R') bisa dipakai oleh pengambil keputusan. Gunanya, untuk menentukan berapa lama PSBB sebaiknya diberlakukan.

Negara seperti Italia memerlukan waktu sekitar tiga pekan untuk membuat nilai R<1, sedangkan Amerika Serikat (AS) butuh lima pekan. Selain itu, tes cepat (rapid test) harus diperbanyak. Sampai 12 April, rapid test di Indonesia baru dilakukan ke 0.01% populasi. Setidaknya rapid testing harus dilakukan ke 1% populasi, supaya gambaran penularan bisa terlihat lebih jelas.

Korea Selatan

Di Korea Selatan, reproduksi harian (Rt) sempat menyentuh puncak di angka 10, artinya ada 1 orang menularkan 10 orang dalam sehari. Itu terjadi pada akhir Februari.

Namun lockdown tidak diberlakukan. Nyatanya, Korea Selatan berhasil menekan laju kasus baru, angka reproduksi harian (Rt) berhasil diturunkan di bawah 1. Di Korsel, resepnya memang bukan lockdown namun melalui tes COVID-19 besar-besaran.

"Dari penemuan kasus pertama akhir Januari Korsel melakukan pendekatan testing, tracing, tracking, and treating (4T)," tulis tim SimcovID.

Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)

Italia

Di Italia, reproduksi harian (Rt) menembus angka 10 pada akhir Februari. Pada 8-9 Maret lalu, Italia melakukan lockdown.

Estimasi angka reproduksi harian terus turun. Pada 12 April, angka reproduksi harian (Rt) sudah berhasil ditekan hingga lebih kecil dari 1.

Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)

Amerika Serikat

Di Negeri Paman Sam, kondisi darurat diberlakukan pada 8 Maret, kemudian apa yang populer disebut 'lockdown' diberlakukan. Saat itu, estimasi reproduksi harian (Rt) sebesar 4,5.

Namun ternyata, angka Rt terus meningkat hingga 6,5. Angka Rt kemudian menurun meski sampai sekarang angkanya belum lebih kecil dari 1.

Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)Estimasi angka reproduksi harian (Rt) COVID-19. (Dok SimcovID)

Metode

Metode yang digunakan untuk mengestimasi nilai Rt adalah Extended Kalman Filter (EKF) digabung dengan low-pass filter. Metode ini menggunakan input data jumlah kasus aktif, jumlah kumulatif orang yang sembuh, dan jumlah kumulatif orang yang meninggal.

Data yang digunakan adalah data yang disediakan Pemerintah RI. Data untuk menghitung tingkat reproduksi kasus dari luar negeri berasal dari situs Worldometers. Interval kredibilitas (credible interval) dalam hasil estimasi angka Rt ini sebesar 95%.

Simulasi ini dikerjakan oleh pakar lintas universitas, dengan mayoritas berlatar belakang disiplin matematika, ada pula yang berasal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) namun mempunyai kemampuan matematika.

Pakar yang terlibat dalam tim SimcovID ini berasal dari ITB, UNPAD, UGM, Essex University-Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, UB, dan Undana.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads