Komplotan ini dinamakan sebagai kelompok wetonan. Para pelaku mempercayai penentuan tanggal yang pas untuk melakukan aksi sehingga membawa keberuntungan.
"Kenapa wetonan, karena kepercayaan mereka. Mereka percaya bahwa contoh, menurut mereka bahwa mereka akan lakukan kejahatan setiap tanggal 6," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka juga percaya bahwa setelah merampok, mereka harus bersembunyi di Jawa Tengah. Mereka meyakini dengan kaburnya ke Jawa Tengah tidak akan bisa tertangkap polisi.
"Kepercayaan mereka itu pada saat selesai lakukan kejahatan perampokan ini mereka harus masuk ke Jateng dulu. Kalau masuk ke sana itu mereka anggap buang sial dan tidak akan tertangkap," lanjutnya.
Namun, adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak membuat mereka mujur. Mereka terpaksa menetap sementara waktu di Depok untuk menghindari kejaran polisi.
"Tetapi terakhir yang dilakukan mereka berupaya ke Jateng, sementara saat itu di perbatasan ada kegiatan PSBB sehingga tidak bisa masuk ke sana dan balik lagi ke kos-kosan, terjadi lah penangkapan," katanya.