Bila disinfektan disemprot di jalanan secara berlebihan, mikroorganisme lain yang menyusun keseimbangan ekosistem juga berpotensi terganggu. Bila ekosistem terganggu, maka pada akhirnya manusia juga bisa rugi. Penggunaan disinfektan untuk sterilisasi permukaan dari SARS-CoV-2 tak perlu sampai di aspal jalan, melainkan cukup di benda-benda yang sering disentuh manusia.
"Memang kita harus melindungi manusia, tapi cara pakainya bukan dengan cara disemprot di jalan. Apa yang perlu disemprot disinfektan? Yakni permukaan meja, pegangan tangan, tombol lift, tombol ATM, pegangan kursi, disemprot kemudian dilap. Kalau di lantai, maka dipel dan dikeringkan," tutur Wiku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alangkah lebih baik apabila penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dialihkan ke pembuatan tempat cuci tangan di banyak titik, serta penggencaran pengadaan masker buatan sendiri. Mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker merupakan dua langkah penting yang lebih efektif menghindarkan masyarakat dari virus Corona, ketimbang menyemprot jalanan dengan disinfektan.
"Lebih baik bikin tempat cuci tangan umum di semua tempat sehingga banyak orang bisa cuci tangan dengan mudah. Itu yang utama. Juga, kalau semua orang pakai masker maka jalan penularan virus akan tertutup, karena jalan penularannya lewat mulut, hidung, dan mata," kata Wiku.
Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di India, Meksiko, hingga Turki juga demikian. Penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dinilai WHO tidak ada gunanya.
"Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red)," kata Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis (2/4).
![]() |