Sebelumnya diberitakan, pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio (Hensat), menyoroti persepsi publik terhadap penanganan virus Corona oleh pemerintah Indonesia. Bila dibanding negara-negara tetangga, penanganan COVID-19 oleh Indonesia dinilai buruk oleh publik sendiri.
"Indonesia menempati posisi terburuk dalam indeks persepsi kecukupan pemerintah dalam penanganan COVID-19," kata Hendri dalam keterangan pers tertulis kepada wartawan, Selasa (31/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) ini sedang menyitir survei kolaboratif 12 institusi, termasuk Harvard, Cambridge, dan Warwick. Berikut hasil persepsi masyarakat terhadap penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing. Semakin mendekati angka nol, semakin bagus hasil persepsi publiknya.
- Indonesia: 0,919 pada skala 0-1
- Malaysia: 0,0522
- Filipina: 0,671
- Italia: 0,296
- China: 0,116
"China, yang menjadi asal mula pandemi ini, publiknya menganggap langkah-langkah yang dilakukan pemerintahnya tepat dan cukup," kata Hensat.
Sebagian negara yang dipersepsikan publiknya punya penanganan baik terhadap COVID-19 adalah negara-negara yang memberlakukan karantina wilayah. Hensat menjelaskan China melakukan karantina di beberapa wilayah, khususnya Wuhan, sejak 23 Januari. Berdasarkan data dari ourworldindata.org, China hanya mengalami penambahan 134 kasus dan 3 kematian per hari pada 28 Maret 2020.
"Italia, yang hingga 29 Maret 2020 memiliki angka korban penderita 92.742 (terbanyak kedua setelah AS), dan memiliki angka kematian nomor satu sedunia, 3.300 korban, melakukan karantina ketat yang dilakukan di Italia pada 9 Maret dianggap efektif oleh warga Italia," ujar Hensat.
(knv/fjp)