Adib lantas mengingatkan pemerintah terus mendata kapasitas rumah sakit di setiap daerah jika terjadi lonjakan kasus. Jangan sampai, kata Adib, perawatan dilakukan tak maksimal karena rumah sakit tak siap menampung pasien positif Corona.
"Cuma ada special treatment ini yang harus dipahami juga, special treatment untuk Coronavirus karena memang kita membutuhkan isolasi, ruangan yang artinya dia tidak bisa kemudian dirawat di ruangan yang bisa berkumpul dengan pasien-pasien lain. Jadi dia memang harus ada ruangan isolasi khusus, dan jika memang itu perlu, perlu ada standar yang berbeda dibandingkan perawatan-perawatan kasus outbreak yang lain," ujar dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus (menghitung) berapa jumlah yang pasien kasus yang bisa dirawat atau kewilayahan, contoh misalnya Jakarta. Jakarta dengan rumah sakit-rumah sakit rujukan itu berapa bisa menampung karena jangan sampai nanti rumah sakit dipaksa merawat dengan jumlah banyak tapi perawatannya tidak standar karena sarana prasarana tidak mendukung," sambungnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, menyampaikan bakal ada penambahan signifikan kasus positif Corona dalam beberapa hari ke depan. Yuri menyebut ada berbagai alasan berkaitan dengan prediksinya itu.
"Ini disebabkan karena satu, contact tracing aktif kita laksanakan; kemudian kedua, edukasi kepada masyarakat semakin gencar dilakukan sehingga masyarakat pun sudah mulai menyadari bahwa mereka pun juga harus waspada, beberapa kemudian yang merasa memiliki kontak dekat dengan kasus positif yang sudah kita nyatakan melaksanakan konsultasi kepada dokter di berbagai rumah sakit," kata Yuri dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui akun YouTube, Selasa (17/3).
Yuri sebelumnya menyebutkan saat ini ada 172 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Sementara pasien yang meninggal dunia berjumlah 7 orang.
(knv/fjp)