Komisi X DPR akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk melihat secara langsung revitalisasi di Taman Ismail Marzuki (TIM). Selain itu, Komisi X DPR bakal memanggil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Kalau bisa saya minta Komisi X melakukan sidak ke TIM, melihat situasi langsung," kata anggota Komisi X Rano Karno dalam rapat di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Usulan Rano itu disambut tepuk tangan para seniman yang hadir. Ketua Komisi X Syaiful Huda menyatakan akan menjadwalkan sidak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita jadwalkan Bang, kita jadwalkan," ujar Syaiful.
Ditemui terpisah usai rapat, Syaiful mengatakan sidak akan dilakukan secepatnya. Syaiful berharap bisa lebih mengetahui kondisi TIM sepenuhnya usai mendukung moratorium revitalisasi TIM.
"Kita akan lakukan secepatnya, kita akan jadwalkan secepatnya. Karena kita menghendaki moratorium, menyetujui moratorium, artinya kita berharap dengan sidak ini kita tahu situasinya seperti apa di sana. Yang kedua supaya publik juga memberikan dukungan terhadap moratorium ini," ujarnya.
Simak Video "Yuk, Intip Proses Revitalisasi Taman Ismail Marzuki"
Selain itu, Komisi X akan memanggil langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Mereka akan dipanggil untuk memberi penjelasan terkait revitalisasi TIM yang menjadi polemik.
"Kami akan memanggil saudara Gubernur Pak Anies Baswedan, DPRD DKI, dan PT Jakpro yang diposisikan dalam Pergub Nomor 63 sebagai pelaksana dari pembangunan atau revitalisasi TIM ini," ujar Syaiful.
"Hari ini surat saya tanda tangan, langsung dilayangkan ke Mas Anies, semoga secepatnya bisa direspons oleh Gubernur Mas Anies," sebut dia.
Terkait revitalisasi TIM, Anies Baswedan mengatakan tujuannya adalah membuat tempat kebudayaan dan kesenian kelas dunia. Hanya, Anies menilai ada orang yang mengkritik tanpa paham kondisi sebenarnya.
"Kita mau menempatkan Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kegiatan budaya dunia. Artinya apa? Yang nanti hadir di TIM itu adalah pelaku-pelaku kebudayaan dari seluruh dunia, mereka datang ke sini, sehingga pelaku-pelaku kita itu ketemu dengan counterpart yang karyanya kelas dunia," ucap Anies.
Anies menilai ada kecenderungan budayawan Indonesia percaya diri jika bertemu dengan sesama budayawan lokal atau nasional tapi berubah ketika berhadapan dengan budayawan luar negeri.