Anies soal Revitalisasi TIM: Ada yang Mengkritik Imajinasinya Sendiri

Anies soal Revitalisasi TIM: Ada yang Mengkritik Imajinasinya Sendiri

Arief Ikhsanudin - detikNews
Jumat, 29 Nov 2019 20:10 WIB
Revitalisasi TIM (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjelaskan soal maksud revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) yaitu untuk membuat tempat kebudayaan dan kesenian kelas dunia. Hanya saja, Anies menilai ada orang yang mengkritik tanpa paham kondisi sebenarnya.

"Kita mau menempatkan Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kegiatan budaya dunia. Artinya apa? Yang nanti hadir di TIM itu adalah pelaku-pelaku kebudayaan dari seluruh dunia, mereka datang ke sini, sehingga pelaku-pelaku kita itu ketemu dengan counterpart yang karyanya kelas dunia," ucap Anies Baswedan saat sambutan Musyawarah Wilayah XV Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (29/11/2019).


Anies menilai, ada kecenderungan budayawan Indonesia percaya diri jika bertemu dengan sesama budayawan lokal atau nasional. Namun, berubah ketika berhadapan dengan budayawan luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita ini kalau ketemu counterpart-nya kelas lokal, rasanya jago terus. Jagoan terus. Jago kandang, bapak ibu. Begitu kita ketemu (dari luar negeri), berubah sekali," ucap Anies.

Simak Video "Mendagri: Pak Anies, Kita Lihat Jakarta Kayak Kampung Dibanding Shanghai"


Anies percaya jika membangun hotel atau Wisma TIM, akan membuat seniman kelas dunia bermalam di sana. Namun, Anies mengakui sempat ada masalah komunikasi.

"Kami salah berkomunikasi. Salahnya di kita. Kita belum mengkomunikasikan. Kalau sudah dikomunikasikan, teman-teman, begitu saya ceritakan langsung terbayang kan gagasannya, imajinya yang mau dibangun begitu," ucap Anies.

"Karena itulah, kenapa dibuat di sana ada wismanya. Supaya apa? Supaya pelaku-pelaku seni budaya itu datang ke Jakarta tidak tinggal di luar, dia tinggal di dalam 24 jam dia di situ. Sebuah ekosistem seni budaya," ujarnya.



Namun, tak semua orang memahami masalah dan gagasan namun asal mengkritik. Hal itu disebut Anies seperti mengkritisi imajinasi sendiri.

"Karena itu saya katakan kalau imajinasinya berbeda, repot. Kadang-kadang yang sering terjadi itu kami dikritik. Bukan kita dikritik. Ada orang-orang membuat imajinasi, lalu dia mengkritik imajinasinya sendiri, lalu kita yang disalahkan," kata Anies.
Halaman 2 dari 2
(aik/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads