- Berikut adalah penjelasan lengkap dari Yudian Wahyudi, Rabu (12/2/2020):
Yang saya maksud adalah bahwa Pancasila sebagai konsensus tertinggi bangsa Indonesia harus kita jaga sebaik mungkin. Pancasila itu agamis karena ke 5 sila Pancasila dapat ditemukan dengan mudah dalam Kitab Suci ke enam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI. Namun, pada kenyataannya, Pancasila sering dihadap-harapkan dengan agama oleh orang-orang tertentu yang memiliki pemahaman sempit dan ekstrim, padahal mereka itu minoritas (yang mengklaim mayoritas). Dalam konteks inilah, "agama" dapat menjadi musuh terbesar karena mayoritas, bahkan setiap orang, beragama, padahal Pancasila dan Agama tidak bertentangan, bahkan saling mendukung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Berikut adalah keterangan Yudian Wahyudi kepada tim Blak-blakan detikcom, sebelumnya:
Dulu kira-kira, di Orde Baru itu banyak oknum yang mempolitisasi Pancasila sampai melewati batas kewenangannya. Oknum-oknum ini kemudian kalah oleh kaum reformis. Karena mereka dulu menggunakan Pancasila secara sepihak, maka dibalaslah oleh orang-orang yang dulu mereka tindas oleh kebijakan-kebijakan.
Karena kaum reformis ini kebanyakan adalah kaum agamawan, maka mereka melawan atau membalas kaum Orde Baru tadi dengan cara melawan juga ilmu dan pengalamannya. Di situlah maka Pancasila disingkirkan. Mereka membongkar kembali asas tunggal kemudian dikembalikan menjadi boleh memilih asas organisasi: Pancasila atau Islam. Nah, dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif kenegaraan, karena sudah tidak ada lagi orang yang memilih Pancasila.