Pemerintah masih berencana membangun rumah sakit (RS) khusus virus menular. Pihak Istana Kepresidenan menegaskan rencana ini belum final dan baru dibahas dalam rapat.
"Tentu kita tidak akan gegabah sehingga tidak karena merespons virus Corona ini kita langsung buru-buru membangun rumah sakit tanpa memperhatikan geopolitik, kesehatannya, macam-macamnya," ujar Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Polhukam Jaleswari Pramodhawardhani di gedung Bina Graha, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana ini sudah dibahas dalam rapat di kantor Kemenko Polhukam tadi pagi. Pemerintah memiliki opsi 100 pulau yang akan dijadikan sebagai lokasi untuk RS khusus virus menular. Namun belum final.
"Tadi jam 10 ada rapat tingkat menteri di Kemenko Polhukam yang membicarakan tentang rumah sakit tadi. Itu sifatnya masih brainstorming, di mana lokasinya, rumah sakit untuk apa, penyakit apa, dan lain-lain, masih berproses," ucap Dhani.
Mengenai penanganan warga pasca-observasi di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, mereka akan terus dipantau kesehatannya secara berkala. Saat ini mereka masih menjalani observasi selama 14 hari, terhitung sejak hari Minggu (2/2). Mereka tengah ditangani Satgas Kesehatan.
"Sebetulnya ada 87, sekarang bertambah jadi 112 personel yang terdiri atas Satgas Kesehatan, psikolog, ahli kesehatan yang rutin memeriksa," kata Dhani.
Rencana pembangunan RS dan observasi warga merupakan respons pemerintah terkait wabah virus Corona (2019-nCoV). Virus ini berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Simak Video "Dokter yang Kabarkan Virus Corona Wuhan Meninggal Dunia"