Dua siswi yang jadi korban pencabulan oleh seorang guru olahraga, IGAKW (50), mengalami trauma. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Polres Badung bersama Dinas Sosial Badung melakukan pendampingan terhadap korban.
"Sementara pendampingan oleh P2TP2A dan semuanya dari dinas terkait untuk pendampingan psikologis," kata Kasat Reskrim Polres Badung AKP Laurens Rajamangapul Haselo saat jumpa pers di Polres Badung, Rabu (22/1/2020).
Pendampingan dilakukan karena kedua korban telah mengalami pelecehan seksual berkali-kali. IGAKW kepada polisi mengaku sedikitnya mencabuli kedua korban sembilan kali.
Diketahui, korban saat ini bersekolah di SD dan SMP. Meskipun mengalami trauma, kedua korban masih aktif bersekolah.
Dengan adanya kejadian seperti ini, kepolisian mengimbau pemerintah daerah hingga pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan terhadap murid maupun guru. Sebab, sekolah semestinya menjadi zona aman dan nyaman bagi anak.
"Bagi kami, anak maupun sekolah itu merupakan zona nyaman bagi anak-anak dalam melakukan aktivitas belajar-mengajar. Apabila terjadi seperti ini mau di mana lagi anak akan sekolah? Di situ diharapkan dari masing-masing pemerintah maupun dinas-dinas terkait agar lebih detail lagi maupun sekolah yang ada kegiatan ekstrakurikuler agar lebih ditingkatkan lagi baik dari segi keamanan aktivitas perlu diawasi lagi," ungkap Laurens.
Simak Video "Bejat! Ini Guru Agama yang Cabuli Murid di Aceh"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan tersangka mencabuli korban di ruang kelas. Tersangka menggunakan modus mengajari kriket.
"Untuk tersangka IGAKW merupakan seorang PNS guru di salah satu SD di salah satu sekolah Mengwi, Badung. Kebetulan guru ini merupakan guru olahraga, modusnya korban ini akan mengajari olahraga kriket di dalam ruangan kelas di luar jam pelajaran kemudian di situlah terjadi persetubuhan," terang Laurens.
Pencabulan yang dilakukan tersangka terungkap setelah seorang siswi mengiris-iris tangannya karena mengalami trauma berat. Seorang guru lainnya di SMP tempat korban bersekolah lalu bertanya mengenai tangan korban yang terluka.
Ternyata korban trauma atas pencabulan guru olahraga sewaktu korban masih duduk di bangku SD. Pencabulan terhadap korban siswi SMP ini menurut polisi sudah terjadi berkali-kali, bahkan sejak kelas 5 SD.
"Karena takut dicari-cari terus sama pelaku sehingga korban ketakutan dan mengiris-iris tangan. Oleh guru TU ditanyakan kenapa sampai mengiris tangannya, korban bercerita ingin bunuh diri karena takut dikejar-kejar terus sama pelaku," kata Kapolres Badung AKBP Roby Septiadi kepada wartawan, Selasa (21/1).