Jakarta Dinilai Bisa Keluar dari 10 Kota Termacet, Asalkan...

Jakarta Dinilai Bisa Keluar dari 10 Kota Termacet, Asalkan...

Arief Ikhsanudin - detikNews
Sabtu, 11 Jan 2020 07:17 WIB
Foto: Agung Pambudhy

Pembangunan jaringan transportasi juga harus dilakukan dengan beberapa daerah-daerah sekitar Jakarta. Harga tarif angkutan umum murah bisa merangsang masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi.

"Bisa tidak Jakarta dengan Bekasi ada Transjakarta masuk dengan tarif Rp 3.500,00? Depok, Tangerang, Bogor perbanyak lagi. Jadi kawasan sekitar, untuk mengurangi kendaraan pribadi masuk Jakarta harus diberlakukan kerja sama (dengan daerah sekitar). Jadi membuat daya tarif murah bisa membuat pindah ke angkutan umum dari pinggiran," kata Yayat.

Selain soal angkutan umum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus semakin membatasi angkutan pribadi. Kebijakan ganjil genap dinilai belum efektif.

"ERP (jalan berbayar) harus segera dilakukan. Itu terlalu lama wacana, persoalan hukum ERP harus diselesaikan," kata Yayat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, perlu juga dibangun beberapa titik-titik bisnis di luar pusat Jakarta, Jalan Sudirman-Thamrin. Titik-titik baru bisa mengurangi penumpukan kendaraan yang berakibat macet.

"Nah, artinya kemacetan pusat kota bisa dikurangi kalau kegiatan bisa didorong keluar dari inti kota, Jl MH Thamrin-Jenderal Sudirman. (Kemudian) Mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru di Serpong, Tangsel, Bekasi. Dorong sebagian ke Bogor, ada Sentul dan lain-lain. Jadi tidak semua harus pagi macet ke Jakarta, pulang macet ke pinggiran," kata Yayat.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads