Kisah Guru di Pedalaman Maros, Mengabdi dengan Gaji Rp 250 Ribu per Bulan

Kisah Guru di Pedalaman Maros, Mengabdi dengan Gaji Rp 250 Ribu per Bulan

Moehammad Bakrie - detikNews
Senin, 25 Nov 2019 08:11 WIB
Khalik mengajar tepatnya di Madrasah Ibtidaiyah DDI Hidayatullah yang terletak di Kampung Bara-baraya, Desa Tanete Bulu, Kecamatan Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan.Foto: Moehammad Bakrie/detikcom

"Yah biasa kalau saya pulang dari sana, saya bawa madu untuk saya jual. Lumayan buat tambah-tambahan. Karena kalau menunggu honor sih itu jelas tidak cukuplah. Ini motor saya kadang rusak juga, yah mungkin karena jarak sama medan yang ditempuh," sebutnya.

Karena jarak sekolah yang jauh, Pria yang berijazah S1 di STAI Yapnas Jeneponto itu, harus menetap selama beberapa pekan di sekolah, tanpa ada sinyal telekomunikasi dan aliran listrik dari PLN. Ia pun biasanya kembali ke rumah, jika perbekalannya sudah habis.

"Saya start dari rumah itu biasanya pagi, sampai di sana itu malam. Makanya, kami tidak bisa pulang pergi mengajar. Ya kadang dua minggu saya berada di sana, seminggu lagi di rumah. Tidak ada sinyal sama sekali. Listriknya itu dari turbin saja. Hanya bisa satu mata lampu," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Putra dari pasangan Mustawang dan Mutmainnah itu, awalnya mengaku sangat miris melihat kondisi anak-anak di kampung itu. Mereka dulunya harus belajar di bawah kolong rumah dengan menggunakan perlengkapan seadanya. Selain itu, banyak pula murid yang ia ajar memilih berhenti bersekolah untuk membantu orang tuanya meski belum bisa baca tulis.
Khalik awalnya sangat miris melihat kondisi anak-anak di kampung itu.Khalik awalnya sangat miris melihat kondisi anak-anak di kampung itu. Foto: Moehammad Bakrie/detikcom


Saat ini, Khalik sudah mulai bernafas lega, kehadiran sejumlah komunitas yang menjadi relawan di kampung itu, telah membuat semangat anak-anak untuk meraih cita-cita lewat pendidikan, kian tumbuh. Tak hanya siswa, orang tua yang tidak bisa baca tulis pun mulai sadar akan pentingnya pendidikan.

"Dulu kan kondisinya kami itu belajar di bawah kolong. Itu sangat miris sekali. Makanya banyak anak yang tidak mau sekolah. Sekarang, Alhamdulillah berkat para relawan sudah ada ruang sekolah baru untuk anak-anak biar belajar lebih nyaman. Mereka juga bantu saya mengajar," terangnya.

Anak-anak yang dulu belajar di bawah kolong rumah dengan penuh keterbatasan kini telah mendapatkan ruang sekolah. Anak-anak yang dulu belajar di bawah kolong rumah dengan penuh keterbatasan kini telah mendapatkan ruang sekolah. Foto: Moehammad Bakrie/detikcom

Melalui relawan Sekolah Kolong Project, anak-anak yang dulunya belajar di bawah kolong rumah dengan penuh keterbatasan, kini telah mendapatkan ruang sekolah yang baru dan layak. Tak hanya mengumpulkan donasi, mereka juga secara bergiliran jauh-jauh ke kampung itu untuk berbagi ilmu dengan anak-anak.

"Saya juga sangat mengapresiasi kehadiran teman-teman dari sekolah kolong. Jika bukan karena mereka, anak-anak itu mungkin masih harus belajar di bawah kolong rumah dengan seadanya," ujar dia.



(aan/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads