"Saya mau menganalogikan hubungan politik itu saling memberi dan saling menerima, ibarat jual-beli barang sudah ada kesepakatan transaksi antara AH (Airlangga Hartarto) dan BS (Bambang Soesatyo) di mana AH sudah kasih DP, yaitu dengan memberikan posisi Ketua MPR RI," kata Maman kepada wartawan, Rabu (20/11/2019).
Baca juga: Ketua Tim Bamsoet: Golkar Pecah Lagi |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maman meminta tak perlu lagi kursi Ketum Golkar diributkan. Apalagi ada saling menjelekkan sesama kader partai.
Dia mengatakan, jika memang Bamsoet ingin maju sebagai caketum Golkar tak perlu ada upaya merendahkan.
"Kalau memang mau maju ya sudah maju saja, tapi jangan juga merendahkan keinginan besar mayoritas stakeholder Partai Golkar yang berkeinginan mendorong musyawarah mufakat dalam rangka untuk membangun kebersamaan dan soliditas internal partai. Kalau memang tidak setuju dengan keinginan musyawarah mufakat, ya sudah, berarti kan tidak ada kesepakatan, silakan saja, gitu aja kok repot," tegas Maman.
Wasekjen DPP Golkar ini kemudian menjabarkan soal organisasi sayap yang memiliki suara di partai. Menurut dia, tak perlu ada kelompok di luar internal Golkar untuk diajak ke urusan partai.
"Pemilik suara di Munas Golkar itu DPD 2, DPD 1, ormas pendiri dan didirikan, yaitu Kosgoro 57, MKGR, dan SOKSI , setahu saya nggak ada tuh FKPPI dan Pemuda Pancasila, jadi ngapain ngajak-ngajak kelompok luar ke dalam urusan rumah tangga kita. Saya ini kader GM FKPPI juga dan banyak yang komplain karena institusi FKPPI ditarik-tarik ke dalam urusan rumah tangga Golkar," jelasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini