Narasi Provokasi di Riuh Penggusuran Sunter

Round-Up

Narasi Provokasi di Riuh Penggusuran Sunter

Tim detikcom - detikNews
Senin, 18 Nov 2019 21:38 WIB
Penggusuran di Sunter (Foto: Pradita Utama)
Jakarta - Penggusuran di Sunter, Jakarta Utara sedang jadi sorotan. Narasi adanya provokasi hingga preferensi pilihan saat Pilgub DKI 2017 lalu ikut dibawa-bawa.

Lokasi penggusuran pada Kamis (14/11) lalu itu berada di Jalan Agung Perkasa VIII, Sunter, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Objek yang digusur yakni bangunan dan tempat usaha warga.

Pemkot Jakarta Utara beralasan penggusuran dilakukan karena bangunan itu menduduki saluran penghubung. Dengan penggusuran, banjir di daerah itu diharapkan tertangani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Hingga kini, puluhan warga masih bertahan di lokasi penggusuran. Mereka mendirikan tempat tinggal sementara dengan tripleks dan terpal. Para warga beralasan tidak bisa berdagang di rusun.

Warga yang digusur juga mengaku sebagai pendukung Anies saat Pilgub DKI 2017 serta menagih janji sang gubernur. Di sisi lain, klaim para warga itu ditepis Wali Kota Jakut.


Berikut pernyataan Pemkot Jakut, curhat warga, hingga kondisi terkini di lokasi penggusuran:

Pemkot Jakut Sebut Ada Provokasi

Pemkot Jakut menegaskan sosialisasi sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. Warga setuju pindah namun ada yang memprovokasi. Siapa?

"Sebelum penataan, sosialisasi telah dilakukan sejak September lalu. Kolaborasi dengan sebagian besar warga untuk pemindahan telah dilakukan agar berlangsung damai. Namun, sebagian warga yang menyewakan lahan secara ilegal justru memprovokasi situasi damai tersebut," kata Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim, dalam keterangan tertulis yang diunggah di situs Pemprov DKI, Senin (18/11/2019).



Ali menyebut sosialisasi sudah dilakukan telebih dahulu sejak 18 September 2019 oleh Lurah Sunter Agung dan Sunter Jaya (Jalan Agung Perkasa 8 adalah Batas Administratif Wilayah kelurarahan tersebut). Mereka telah memberikan surat imbauan kepada warga yang menghuni / menduduki tanpa keterangan Hak Kepemilikan Tanah untuk mengosongkan lokasi tersebut lantaran akan dilakukan penataan saluran air, pedestrian, dan pembangunan jalan.

Narasi Provokasi di Riuh Penggusuran SunterFoto: Penggusuran di Sunter (Dok. Pemprov DKI)


Proses sosialisasi dilanjutkan dengan membuka ruang dialog dan mendata warga Jalan Agung Perkasa 8 sesuai kebutuhan, seperti pemindahan anak warga yang masih sekolah, menyiapkan rusun untuk relokasi, dan menyiapkan tenaga kendaraan angkut bila diperlukan untuk membantu warga memindahkan barangnya. Ali mengatakan warga menyambut baik upaya ini. Mereka bersedia membongkar sendiri bangunannya yang dibantu oleh petugas Satpol PP dan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) untuk kemudian dipindahkan ke rusun.


Pemprov DKI Jakarta juga telah berkoordinasi dengan PLN Area Tanjung Priok dalam melaksanakan Operasi Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) dan menemukan 18 Penyambungan Tenaga Listrik Tanpa Izin PLN, sehingga dilakukan pemutusan dan proses hukum. Surat Peringatan pun telah diberikan.

"Namun, melihat kondisi lapangan bahwa warga penghuni Jalan Agung Perkasa 8 tak kunjung menunjukkan itikad untuk segera mengosongkan lokasi yang akan dilakukan penataan, maka dilaksanakan rapat koordinasi UKPD bersama Forkopinko Jakarta Utara, menetapkan dan menugaskan Kasatpol PP Kota Jakarta Utara dan Camat Tanjung Priok serta UKPD terkait, untuk melaksanakan Penertiban Terpadu sebagaimana diatur pada Pergub No. 118 Tahun 2016," ungkap Ali.

Korban Penggusuran Pendukung Anies?

Warga korban penggusuran di Sunter mengaku sebagai pendukung Anies. Mereka menyayangkan kebijakan Pemprov DKI ini, mengingat salah satu janji kampanye Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan adalah tidak melakukan penggusuran

"Kami semua pendukung Anies, tapi kenapa digusur, katanya dulu tidak ada penggusuran saat kampanye," kata salah seorang warga, Subaidah, seperti dikutip Antara, Sabtu (16/11/2019).

Penggusuran di Sunter / Penggusuran di Sunter / Foto: Pradita Utama



Tapi klaim itu dibantah Wali Kota Jakut, Sigit Wijatmoko. Diamenyebut para warga tak ada di DPT dan menegaskan warga di situ tak ikut Pemilu.

"Cek aja, di daftar pemilih sementara maupun daftar pemilih tetap, mereka ada nggak? Orang ikut pemilu saja enggak kok," ucap Sigit kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2019).

Ucapan wali kota itu ditepis lagi oleh warga. Mereka memang tidak mencoblos di lokasi penggusuran namun menegaskan tetap memilih Anies.

"Iya dukung, kami nyoblos di Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok," ujar warga bernama Kadir saat ditemui di lokasi, Jl Agung Perkasa VIII, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Senin (18/11/2019).



Warga lain bernama Ahmad Dahri (60) juga mengatakan bahwa mayoritas warga yang terkena dampak penggusuran itu mendukung Anies saat Pilgub 2017. Warga, kata dia, mencoblos Anies di kelurahan sesuai dengan KTP. Dia sendiri mencoblos di Kampung Bahari.

"Pak Anies betul, bahkan bukan ngada-ngada. Saya setiap ada perintah dari kiyai setiap malam berdoa, yasinan. Ternyata kayak gini hasilnya, ya nggak apa-apa lah. Kalau kecewa ya namanya rakyat kecil ya, cuma mau gimana," kata Dahri.

Narasi Provokasi di Riuh Penggusuran SunterFoto: Warga Sunter masih bertahan di lokasi penggusuran (Farih/detikcom)

Warga Tolak Pindah ke Rusun

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyiapkan Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara sebagai lokasi relokasi warga Sunter yang terkena gusur. Namun, belum ada warga yang mendaftar untuk menempati rusun.

"Kita siapkan rusun Marunda. Tapi ternyata mereka tidak ada yang mendaftar. Karena rata-rata hanya sebagai tempat usaha," ucap Wali Kota Jakarta Utara, Sigit Wijatmoko kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (18/11/2019).



Kenyataannya, warga memang masih bertahan di lokasi penggusuran. Mereka berkumpul dengan mendirikan beberapa gubuk untuk tempat tinggal mereka. Seperti salah satu warga bernama Sulastri (53) memilih mendirikan gubuk menggunakan tripleks seadanya untuk tempat tinggal sementaranya. Setelah tempat tinggal dan warungnya digusur, Sulastri memilih tinggal dalam gubuk bersama 5 anggota keluarganya yang tak jauh dari lokasi.

Selain Sulastri, ada juga warga bernama Ahmad Dahri (60) yang masih bertahan di lokasi. Dia memasang sebuah spanduk. Berikut bunyi spanduk itu:

KAMI JUGA MANUSIA BUTUH AYOMAN PEMERINTAH!
BUKAN UNTUK DISINGKIRKAN DARI TEMPAT TINGGAL KAMI!
FORUM WARGA SUNTER AGUNG PERKASA
"MAJU KOTANYA BAHAGIA WARGANYA???"

Penggusuran di Sunter / Penggusuran di Sunter / Foto: Pradita Utama


Mengapa warga menolak ke rusun? Salah satu alasannya karena tak bisa berdagang di sana. Warga bernama Mila (30) menyebut dirinya sudah tinggal di Sunter sejak 2003 dan bekerja sebagai penjual barang-barang bekas. Oleh karena itu, dirinya akan tetap bertahan dan menolak untuk dipindah ke rusun.

"Cari nafkah susah di sana, mau dagang apa? Jadi tetep bertahan di sini. Mudah-mudahan dikasih jalan keluar sama pemerintah. Kalau dipindah ke rumah susun belum tentu dikasih gratis juga," ujar Mila.
Halaman 5 dari 4
(imk/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads