"Para penolak RUU ini lebih percaya pada hoax-hoax (RUU pro-seks bebas, pro-LGBT dan adopsi dari Prancis, ideologi individualisme liberal dll) daripada membela korban kejahatan seksual. Dalih yang diajukan pimpinan adalah tidak cukup waktu, sementara Panja RUU Siber yang baru masuk minggu lalu sedang kerja keras membahas daftar inventarisasi masalah (DIM)-nya di minggu ini," sambung Eva.
Untuk itu, dia meminta mahasiswa lebih jeli lagi mengenai sasaran demo yang dilakukan. Menurut Eva, seharusnya aksi demonstrasi lebih berfokus pada UU PKS agar cepat disahkan.
"Jadi untuk mendukung pengesahan RUU PKS ini, demo mahasiswa seharusnya ditujukan ke MUI, FPI, Alila beserta ormas-ormas Islam lain yang tidak membaca DIM-DIM di RUU PKS yang disusun Komnas Perempuan untuk melindungi dan memberikan keadilan kepada perempuan dan anak-anak korban kejahatan/kekerasan seksual," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebaiknya, jika meminta perhatian dan pengawasan Komisi III DPR, harus membawa data yang spesifik, misalnya kasus apa dan di mana, sehingga bisa ditindaklanjuti oleh DPR," sebut Eva.
Untuk itu, Eva mengimbau mahasiswa tidak melanjutkan demo, apalagi sampai hendak menduduki MPR/DPR. Sebab menurut dia, tuntutan-tuntutan dari mahasiswa sudah dipenuhi oleh DPR dan pemerintah. Eva juga mengingatkan ada beberapa hal yang salah info dan sasaran.
"Meminta mahasiswa kembali ke peran sejarah sebagai pembawa perubahan ke arah kemajuan bangsa berbekal daya kritis (berbasis data dan fakta) serta sikap yang militan membela kebenaran. Waspada potensi diperalat untuk tujuan politik mencari kekuasaan secara inkonstitusional," ungkap Eva.
Seperti diketahui, demo terjadi di sejumlah daerah hari ini. Beberapa di antaranya demo berujung ricuh, termasuk yang terjadi di depan gedung DPR, Jakarta.
(elz/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini