"Sayangnya performa pengelolaan partai tidak membaik dan berdampak pada perolehan kursi parlemen secara keseluruhan. Hampir di semua tingkatan perolehan suara Partai Golkar menurun. Hal ini sangat disayangkan oleh semua kader Partai Golkar," kata Mirwan dalam keterangan tertulis, Jumat (20/9/2019).
Kegagalan Airlangga mengelola partai dinilai berdampak pada turunnya perolehan suara partai. Padahal, kata Mirwan yang merupakan Fungsionaris DPP Golkar itu, Airlangga dipilih dalam Munaslub Golkar pada 2017 lalu menggantikan Setya Novanto dengan harapan membawa angin segar mengelola partai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, perolehan kursi provinsi secara nasional disebutnya juga menurun. Golkar hanya mendapat 309 kursi dari total 2.207 kursi yang diperebutkan. Di Pemilu 2014, Golkar berhasil mendapatkan 330 kursi.
"Hal yang sama juga terjadi di perebutan kursi DPRD Kabupaten/kota seluruh Indonesia. Kursi Partai Golkar turun dari 2.543 melorot ke 2.391 kursi. Secara nasional kekuatan politik elektoral Partai Golkar turun dan melemah," urai Mirwan.
Bukan hanya soal perolehan kursi. Mirwan juga mengkritik gaya kepemimpinan Airlangga Hartarto yang disebutnya tidak demokratis.
"Airlangga justru banyak melanggar aturan-aturan baku organisasi dan hanya hanya memikirkan diri sendiri. Bagaimana bisa Kader tetap mempercayai Airlangga memimpin partai dengan realitas seperti itu?!" tegasnya. (elz/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini