"Revolusi digital telah menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi. Meski demikian ada potensi risiko yang harus dimitigasi," jelasnya dalam pidato pengukuhan di Surakarta, Senin (26/8/2019).
Potensi yang pertama adalah transformasi digital akan menyebabkan biaya produksi menjadi lebih murah. Akibatnya, kemungkinan akan menurunkan daya tawar suatu negara berkembang dalam konteks biaya tenaga kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsekuensi yang kedua adalah potensi perbedaan perspektif waktu antara sektor keuangan dengan industri. Sektor keuangan mungkin lebih menghendaki imbal hasil dalam jangka pendek.
"Sedangkan sektor industri memiliki perspektif jangka panjang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan," imbuh pria 62 tahun ini.
Baca juga: Tantangan "Jokowinomic" |
Konsekuensi yang ketiga yaitu terjadinya disrupsi di dalam pasar tenaga kerja. Potensi hilangnya pekerjaan dan peningkatan pengangguran, lanjutnya, merupakan salah satu konsen utama dari pengambil kebijakan di berbagai negara.
Pengukuhan dilaksanakan Senin (26/8/2019) di Auditorium GPH Haryo Mataram, Surakarta. Pria asal Boyolali ini menjadi guru besar pertama yang berstatus tidak tetap di bidang ilmu manajemen risiko di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS.
Dalam acara tersebut turut hadir jajaran anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua, dan Chairul Tanjung, Para Anggota Dewan Penyantun UNS, Ketua Senat, Sekretaris Senat, para Guru Besar, serta Anggota Senat Universitas Sebelas Maret, dan masih banyak undangan lain. Para undangan yang hadir ikut memberikan ucapan selamat kepada Wimboh atas gelar barunya. (mul/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini