"Ciri-ciri modusnya, menawarkan pekerjaan yang enak, gaji besar, kerja ringan, nggak perlu syarat banyak. Lalu diberi tahu 'kamu diam saja, tinggal berangkat, dokumen tinggal dan sebagainya diurus'. Kalau nggak punya uang, dikasih uang nanti keluarganya. Jadi janji-janji manis itu yang kita harus kritisi," ujar Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan KPPPA Destri Handayani dalam talk show Hari Anti-perdagangan Orang Sedunia di car free day (CFD) Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019).
Destri mencontohkan kasus pengantin pesanan yang membawa sejumlah perempuan ke Tiongkok untuk dijadikan pasangan hidup. Destri menyebut mereka mau karena diiming-imingi akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara yang sama, Chairwoman Solidaritas Perempuan Nisa Yura menyebut kasus perdagangan orang didominasi oleh perempuan karena tingginya permintaan dan bidang pekerjaan yang membutuhkan perempuan, seperti halnya pekerja seks dan pekerja rumah tangga (PRT).
"Kenapa trafficking cenderung ke anak-anak dan perempuan, karena trafficking ini berkaitan dengan pekerjaannya. Apakah dijadikan pekerja seks, PRT, atau modus yang sekarang terjadi itu pengantin pesanan. Dari segi itu, banyak permintaannya perempuan," ujar Nisa.
Nisa pun menyorot peran perempuan muda di keluarga yang selama ini rentan dan seringkali tidak punya kuasa untuk memutuskan sesuatu. Ia menyebut tak jarang bahwa keluarga juga punya peran penting terjadinya trafficking.
"Dia jadi buruh migran, karena awalnya disuruh suami atau ayahnya. Lalu akhirnya kena trafficking," ujar Nisa.
Seiring perkembangan teknologi, modus mencari orang untuk diperdagangkan juga makin canggih. Perwakilan International Organization for Migration (IOM), Among Resi, menyebut para pelaku sering kali mendekati korban lewat keluarganya.
"Karena perekrutnya sekarang canggih, dia mapping dulu, korban dekat dengan siapa, mainnya sama siapa, kebutuhan orang tuanya apa, sehingga nanti mereka bisa meyakinkan korban buat bisa direkrut," ujar Among.
Ia pun mengingatkan bahwa trafficking tidak selalu berskala internasional, namun juga domestik, seperti halnya para pekerja seks yang dibawa dari daerah ke Ibu Kota.
"Perdagangan orang tidak hanya TKI dan pekerja migran, tapi di dalam negeri juga. Misal korban dari Jawa Barat, lalu dipekerjakan di Mangga Besar (Jakarta), itu juga perdagangan orang," ucap Among.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui apakah para pekerja yang mengiming-imingi gaji besar dan hidup enak ini benar-benar perekrut kerja yang resmi atau justru pelaku perdagangan orang. Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia, Bobby Alwi, mengingatkan ada 3 hal yang harus diperhatikan para calon pekerja untuk mencegah terjadinya trafficking.
"Untuk menyiasati itu, ada Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2014, kalau ada penawaran pekerjaan, lihat dulu, ada nggak surat tugasnya dari perusahaan. Ada nggak SK perusahaan, apakah yang merekrut itu terdaftar atau tidak di Dinas Tenaga Kerja. Kalau nggak ada 3 itu, harus ditolak," ujar Bobby.
Selain talk show, peringatan Hari Anti-perdagangan Orang Sedunia ini juga dimeriahkan dengan senam zumba bersama hingga memberikan petisi dukungan melawan perdagangan orang dengan menempelkan cap tangan ke dinding petisi oleh para pengunjung CFD. (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini