Jakarta - Titik terang dalam penuntasan kasus penyerangan penyidik KPK
Novel Baswedan belum benar-benar terlihat. Kerja yang dilakukan tim gabungan bentukan Polri begitu ditunggu.
Hingga hari ini, terhitung sudah 826 hari sudah peristiwa penyerangan dengan air keras itu berlalu.
Komnas HAM sempat terungkapnya otak intelektual teror ini ada di tangan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Komnas HAM mendapati sosok orang asing yang ada di sekitar lokasi rumah Novel yang diduga terkait dengan peristiwa penyerangan dengan air keras. Sosok orang asing itu ditemukan selama beberapa hari di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komnas HAM sudah menyampaikan informasi tersebut kepada tim gabungan. Selain itu, Komnas HAM menemukan CCTV dan alat yang diduga digunakan pelaku penyerangan.
"Sekitar 2-3 bulan lalu kami dapatkan info bahwa sudah ada sesuatu yang berjejak dan signifikan. Tinggal apakah Kapolri mem-
follow up itu dengan sangat kuat dan mendalam. Kalau bagi Komnas HAM yang paling penting adalah segera ditemukan siapa aktor di balik penyiraman Novel karena temuan Komnas HAM sendiri itu sesuatu yang memungkinkan sampai level intelektualnya," kata komisioner Komnas HAM bidang Pengkajian dan Penelitian, Choirul Anam, di kantornya, Jl Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).
 Foto: Mindra Purnomo |
Pada Selasa (9/7), tim gabungan menyerahkan hasil investigasi kepada Kapolri. Tim ini sudah bekerja sekitar enam bulan sejak terbitnya surat perintah yang diteken Kapolri pada Selasa (8/1). Tim ini dibuat sebagai respons dorongan masyarakat yang menginginkan dibuatnya tim gabungan pencari fakta.
Anggota TGPF, Hendardi, menduga kasus ini bermotif politik.
Hendardi mengatakan motif kasus ini bisa jadi tak cuma satu karena kasus ini kategori tingkat tinggi.
"(Maksudnya) Novel itu kan orang KPK, ini bisa dilihat ada latar belakang politik. Selama ini dari awal perkara ini kan sudah dilempar terus persoalan untuk Polri harus mengungkap, itu kan artinya kasus ini
high profile," kata Hendardi di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (9/7).
Laporan secara lengkap akan disampaikan pada Rabu (17/1) besok. Ada titik terang dalam investigasi ini, karena Polri menyebut ada kemajuan luar biasa. Selain motif, tim gabungan menemukan barang bukti. Temuan ini ditindaklanjuti oleh tim gabungan.
"Langsung diambil alih sama tim penyidik. Teknis itu," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (12/7).
Namun, Koalisi Masyarakat Antikorupsi masih tidak puas dan pesimistis terhadap upaya mengungkap kasus
Novel. Mereka menilai kasus penyerangan Novel masih gelap karena pelaku penyerangan belum juga terungkap.
Mereka kemudian menggelar aksi teatrikal satire bertajuk 'Melaporkan Kasus Penyerangan Novel Baswedan ke Polisi Tidur'. Gulungan mirip polisi tidur itu diibaratkan sebagai polisi yang 'tidur' dalam menangani kasus Novel. Selain itu, ada juga tulisan agar pegiat antikorupsi dilindungi.
Polri menilai pesimisme itu sebagai pemikiran yang kerdil. Brigjen Dedi menuturkan setiap pihak harus optimistis kasus Novel dapat diungkap. Dedi menambahkan Polri akan terus menyampaikan informasi terkait perkembangan penanganan kasusnya seperti halnya kasus Kerusuhan 21-22 Mei 2019.
 Cangkir hijau ditemukan di sekitar lokasi penyiraman air keras terhadap Novel (Faiq Hidayat/detikcom) |
"Orang yang pesimistis itu orang yang punya pemikiran yang kerdil, kutip itu," tegas Dedi.
Ketika Novel masih dirawat di Singapura tahun 2017 lalu, dia sempat menyebut ada oknum jenderal yang terlibat dalam penyerangan terhadapnya. Saat itu Polri meminta Novel menyebutkan nama jenderal yang dimaksudnya agar dituangkan di berita acara pemeriksaan.
Tim gabungan sempat memeriksa Novel. Anggota TGPF kasus Novel Baswedan,
Hermawan Sulistyo, mengatakan selama 6 bulan bekerja, ada 100 lebih saksi diperiksa. Selain Novel, tim memeriksa saksi dari penyidik Polri hingga eks Kapolda Metro Jaya Komisaris Jenderal Iriawan serta sejumlah alat bukti yang sebelumnya dikumpulkan oleh penyidik. Namun Polri menegaskan Iriawan tidak diperiksa tim gabungan melainkan pertemuan terjadi untuk konsultasi.
Laporan lebih dari 1.000 halaman pun disusun. Hermawan sendiri mengatakan kasus Novel bisa saja terungkap, bisa juga tidak. Menurutnya fakta peristiwa atas kasus penyerangan terhadap Novel bisa dipetakan. Namun untuk menjadikannya sebagai fakta hukum, tidak mudah.
Novel disiram air keras pada 11 April 2017 seusai salat subuh di Masjid Al Ihsan, yang berjarak sekitar 4 rumah dari rumahnya. Adapun rumah Novel berada di Jalan Deposito T Nomor 8, RT 03 RW 10, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sebelum ada tim gabungan, Polri sudah menyebarkan sketsa empat orang terduga pelaku. Polisi juga sempat membuka
hotline untuk menampung info dari masyarakat di mana pada Januari 2018, sudah ada 1.058 telepon masuk.
Hasil tim gabungan besok akan jadi titik terang kasus Novel?
Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini