Seluk-Beluk Setahun Penyidikan Teror Novel Baswedan

Seluk-Beluk Setahun Penyidikan Teror Novel Baswedan

Mei Amelia R - detikNews
Rabu, 11 Apr 2018 11:30 WIB
Mahasiswa (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Teror penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan sudah setahun berlalu. Namun sampai saat ini, pelaku masih menjadi misteri. Begini detail perkembangan kasus itu.

Peristiwa itu terjadi pada 11 April 2017 sekitar pukul 05.10 WIB, setelah Novel melaksanakan salat subuh di Masjid Al-Ikhsan. Pelaku tiba-tiba menyiramkan air keras ke wajah Novel.

Seketika Novel merasa pedih di mata kirinya. Akibat kejadian itu, Novel mengalami kebutaan di mata kiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia sudah dua kali menjalani operasi di Singapura. Seiring dengan proses penyembuhan matanya, kasus terus berlalu. Publik pun bertanya-tanya, apa saja yang sudah diperbuat polisi untuk mengungkap teror itu?

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan pihaknya sudah bekerja keras dan akan terus bekerja untuk mengungkap kasus itu.

"Olah TKP sudah kami lakukan berulang-ulang," kata Argo kepada detikcom, Rabu (11/4/2018).

68 Saksi Diperiksa

Polisi telah memeriksa puluhan saksi yang berhubungan dengan perkara tersebut. Mulai dari keluarga Novel hingga tetangga dan saksi lain.

"Kita sudah meminta (keterangan) 68 saksi. Enam puluh delapan ini berulang kali diperiksanya ada yang 3-4 kali. Seperti salah satunya saksi E," imbuhnya.

E adalah saksi mata yang pada saat kejadian, selesai salat subuh di masjid, lari ke rumahnya. Saat melewati dekat tempat wudu, dia melihat dua sosok pria.

"Kondisi saat itu masih gelap, saksi E melihat dua pria di dekat tempat wudu, yang satu duduk di motor, satu lagi duduk di tembok, menunduk," imbuhnya.

Polisi juga memeriksa saksi Y dan K, tetangga Novel yang sempat melihat pria mencurigakan. Belakangan diketahui, pria tersebut adalah HU.

Terduga Pelaku Terbantahkan

Dari pemeriksaan saksi-saksi tersebut, polisi telah memeriksa saksi yang sempat dicurigai sebagai pelaku. Salah satunya HU.

Belakangan HU diketahui sebagai debt collector yang saat itu sedang mencari sebuah mobil di kawasan tersebut. Polisi telah mengecek semua alibi HU dan disimpulkan HU bukan pelakunya.

Polisi juga memeriksa saksi M, yang juga masih keluarga HU. M dicurigai setelah muncul foto HU bersama M di akun Facebook. Sama seperti HU, dia juga seorang debt collector.

Selanjutnya, polisi pernah meminta keterangan saksi ML, sekuriti sebuah hotel di kawasan Jakarta Barat. Polisi telah mengecek alibi ML.

"ML ini pada saat kejadian ada di rumahnya, kita sudah minta keterangan dari keluarga dan tetangga memang dia di rumahnya saat itu," ungkapnya.

Sempat muncul dugaan juga ada keterlibatan oknum polisi berinisial YO. Nama anggota Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya ini muncul setelah polisi mengidentifikasi pelat nomor motor yang digunakan oleh H ketika berada di sebuah warung di seberang rumah Novel.



"YO juga sudah kita periksa. Dia sama HU dan M memang kenal, karena mereka ini sering bantu-bantu YO menyelidiki kasus, informanlah," tuturnya.

Penyebaran Sketsa Wajah

Polisi juga telah membuat sketsa wajah pelaku yang dicurigai. Setidaknya sampai saat ini ada 4 wajah terduga pelaku yang disketsa, di luar saksi-saksi yang dicurigai yang pernah diperiksa sebelumnya.

"Kalau pelaku sebetulnya ada dua orang kan, naik motor, tapi sketsa wajah ini kan berdasarkan keterangan saksi-saksi yang memang punya vision yang berbeda," tuturnya.

Keempat sketsa ini diambil berdasarkan keterangan saksi utama di rumah Novel dan di depan masjid. Saksi di rumah Novel sempat mencurigai seseorang yang memesan gamis kepada istri Novel.

Sedangkan sketsa lainnya diperoleh dari keterangan saksi E yang sempat melihat dua orang dicurigai duduk di dekat tempat wudu masjid pada hari kejadian.

Empat sketsa itu telah dirilis secara resmi oleh polisi. Polisi juga telah menyebar hotline untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat.

Ribuan SMS ke Hotline

Polda Metro Jaya telah membuka hotline untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat. Sejauh ini sudah ada sekitar 1.080 SMS yang masuk ke nomor hotline tersebut.

Tetapi, lagi-lagi, upaya itu pun tidak membuahkan hasil. Tidak banyak informasi penting dan cukup signifikan yang masuk ke hotline.

"Kebanyakan hanya iseng," ucapnya.

Memang tidak semua info yang masuk diteliti polisi. Polisi menyelidiki info-info yang mungkin mendekati.

"Karena kebanyakan cuma ada yang ngetes, menawarkan peramal, tidak ada yang signifikan," ungkapnya.

Ada dua info yang masuk hotline yang diselidiki polisi. Salah satunya info dari seseorang di Tangerang yang setelah ditelusuri ternyata tidak akurat.

"Kemudian kita juga ada ngecek info sampai ke Palembang. Orang ini kasih info 'ini (sketsa) mirip adik saya', dan ternyata setelah dicek ternyata orangnya ada di Jerman dan tinggal di Jerman," tuturnya.

Meski demikian, polisi tidak berhenti sampai situ saja. Polisi terus bekerja untuk menuntaskan perkara itu.

"Kami tetap komitmen menuntaskan waktu itu, cuma butuh waktu saja," pungkas Argo. (mei/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads