Namanya dibawa-bawa dalam kardus ribuan form C1 itu, M Taufik angkat bicara. CEO Seknas Prabowo-Sandi tersebut membantah terlibat dalam kasus penemuan ribuan form C1 itu.
"Pertama begini, kita Seknas nggak pernah ngirim C1 kepada siapa pun, itu ya. Gampang saja tuh, yang bawa kardusnya hadepin saja di Seknas. Iya, kan? Kita kenal nggak, nggak ada. Yang kedua, kalau orang bawa keluar C1, misalnya fotokopian atau apa, itu haknya orang lo. Apa urusannya coba ditangkap tuh, apa urusannya? Kan bisa saja dia fotokopian relawan gitu lo. Bagaimana tuh? Itu membuat ngalihin isu curang saja," kata M Taufik.
Dia menyebut kardus dengan tulisan namanya itu bisa saja ditulis orang sesuka hati. Taufik meminta si pembawa kardus dihadapkan dengan pihaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Taufik mengatakan akan memerintahkan tim hukumnya guna bertanya kepada Bawaslu. Ia juga menilai ada kejanggalan dalam kasus ini.
"Sekarang mana, ada bacaannya dari Muhammad Taufik, berarti gua dong yang ngirim? Kan bego banget kalau gua ngirim pakai mobil ke Kertanegara pakai mobil luar daerah. Kan nggak masuk akal tuh. Hari ini bidang hukum gua tanya ke Bawaslu," sebut Taufik.
Lebih lanjut, M Taufik mengungkap kejanggalan-kejanggalan dari penemuan form C1 tersebut. Ia menyoroti soal pengungkapan kasus yang memerlukan dua hari dari waktu kejadian.
"Saya ingin mengungkapkan bahwa Seknas tidak pernah mengumpulkan C1. Jadi Seknas tidak pernah memberikan atau mengirimkan C1 ke BPN. Kedua, kejadian ini hari Sabtu, sedangkan beritanya hari Senin," sebutnya.
M Taufik juga menunjukkan kop surat Seknas Prabowo-Sandi yang menurutnya berbeda dengan yang ditemukan di Menteng. Dia menegaskan Seknas Prabowo-Sandi tidak terkait penemuan tersebut.
Dia pun mempertanyakan kewenangan seseorang membawa formulir C1. Taufik menilai penemuan ribuan form C1 itu hanya tipu-tipuan belaka.
"Kemudian dinyatakan bahwa C1 itu palsu, kapan dia konfirmasinya ke Boyolali? Kayak Jinny Oh Jinny gitu. Kan kalau paraf dulu tanda tangan saksinya harus dikonfirmasi kepada saksi-saksi juga di sana. Jadi saya pikir kalau mau ngibul ya mesti pakai tata krama ngibul gitu," ucap Wakil Ketua DPRD DKI ini.
Sementara itu, Koordinator Advokasi Seknas Prabowo-Sandi, Yupen Hadi, menilai ada 'skenario' yang sedang dimainkan. Dia heran mengapa polisi ikut memeriksa isi mobil saat merazia mobil yang membawa ribuan formulir C1 itu.
"Ini ada orang yang sedang mencoba membuat skenario yang luar biasa. Bagaimana polisi bisa nangkep-nangkep, itu pertanyaannya. Kok kalau razia kenapa harus periksa-periksa mobil, nggak surat-suratnya saja. Kemudian begitu ketemu C1, kenapa langsung otaknya langsung investigatif, langsung berpikir pasti ada sesuatu yang salah dengan C1 ini, maka kita harus ambil, kita harus lapor Bawaslu," beber Yupen.
Soal keaslian ribuan form C1 tersebut juga dipertanyakan KPU. Agar tak menimbulkan spekulasi, KPU mengimbau perlu dilakukannya konfirmasi atau pengecekan.
"Pertanyaannya begini, kalau ada dokumen seperti itu, itu betul dokumen yang sumbernya dari KPU atau tidak, asli atau tidak," kata komisioner KPU Hasyim Asy'ari di kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin (6/5).
"Karena itu, dalam situasi ini, supaya tidak menimbulkan spekulasi-spekulasi di lapangan, kemudian harus dikonfirmasi kepada KPU," sambungnya.
(elz/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini