Adu Busana di Surat Suara

Round-Up

Adu Busana di Surat Suara

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 27 Mar 2019 20:30 WIB
Foto: Jokowi versus Prabowo (Edi Wahyono)
Jakarta - Gaya busana di surat suara jadi tema baru yang diperdebatkan kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno jelang Pilpres 2019. Putih-putih versus jas hitam rapi saling diunggulkan.

Di surat suara, Jokowi-Ma'ruf memang mengenakan busana putih, sedangkan Prabowo-Sandi berjas hitam. Capres petahana Jokowi menyebut setelan jas lekat dengan kesan mahal.


"Kalau pakai jas, mahal. Ya ndak? Jas itu pakaian orang Eropa, pakaian orang Amerika, orang Indonesia cukup baju murah, pakai baju putih, seperti baju yang saya pakai," kata Jokowi saat kampanye akbar terbuka di Lapangan Taman Bukit Gelanggang, Kota Dumai, Riau, Selasa (26/3/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan Jokowi ditanggapi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka membeberkan alasan pasangan calon nomor urut 02 memilih mengenakan jas untuk tampilan di surat suara.

"Jas itu pakaian resmi. Pasangan Prabowo-Sandi mengenakan jas karena menganggap pemilu merupakan forum resmi," kata juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Suhud Alynuddin, kepada wartawan, Rabu (27/3).

Dia mengatakan setelah jas juga untuk menghormati kedaulatan rakyat. Suhud menyebut busana merupakan simbol sikap dan kepribadian seseorang serta mencerminkan situasi.


Namun memang, kata Suhud, untuk datang mencoblos tak perlu memakai jas.

"Untuk menghormati kedaulatan rakyat dalam pemilu, maka pasangan Prabowo-Sandi mengenakan setelan jas. Kalau ke TPS ya nggak perlu juga pakai jas," sambung politikus PKS itu.

Pernyataan Suhud ditanggapi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Kubu 01 mengkritik penjelasan Suhud soal jas yang dikenakan Prabowo-Sandi.

"Masak sebagai tanda menghormati rakyat, caranya capres berfoto di kertas suara mengenakan setelan jas. Ada-ada saja," kata anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Tiurmaida Tampubolon kepada wartawan.



Menurut Tiur, menghormati rakyat ditampakkan lewat aksi konkret. Dia pun mencontohkan foto Jokowi-Ma'ruf di surat suara yang dinilai sederhana dengan mengenakan baju putih.

"Menghormati rakyat itu harusnya dipraktikkan dengan memberikan suri teladan dan kebaikan bagi rakyat," ujar politikus Hanura itu.

"Misalnya tampil berpakaian sederhana yang bisa digapai rakyat Indonesia kebanyakan, bukan dengan setelan jas mahal sampai puluhan juta, sementara umumnya rakyat Indonesia belum mampu membelinya," imbuh Tiur.


Jas Prabowo-Sandi tetap dikritik TKN, BPN kembali melontarkan pembelaan. Koordinator juru bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkit setelan jas pemimpin RI terdahulu yakni Soekarno-Hatta.

Dahnil menjelaskan soal jas hitam itu di akun media sosial Twitternya. Dahnil bercuit soal jas hitam sebanyak tiga kali. Salah satunya, Dahnil mengunggah foto Soekarno-Hatta mengenakan jas.

"Sesuai PP 71 thn 2018 yang ditandatangani Presiden saat ini, terang dijelaskan bahwa pakaian resmi nasional yang harus dikenakan pada acara resmi kenegaraan adalah jas hitam dengan kemeja putih. Pun, foto resmi Presiden mengenakan Jas lengkap. Apakah Presiden ikut-ikutan Eropa? Mikir..mikir..baca..baca," paparnya.
Halaman 2 dari 2
(gbr/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads