Survei dilaksanakan pada 18-25 Januari 2019 dengan metode wawancara tatap muka kepada total 2.400 responden atau 800 responden di tiap dapil. Margin of error di tiap dapil kurang-lebih 3,4 persen. Survei dilakukan di DKI Jakarta karena dianggap sebagai barometer nasional.
"Toleransi terhadap money politics ternyata di DKI ini juga cukup tinggi, bahwa masyarakat sangat memaklumi, sangat toleran ketika ada caleg, ada partai politik, atau tim sukses yang memberikan uang. Di DKI-I 58,2 persen yang mengatakan politik uang itu hal yang lumrah begitu, ya," kata Direktur Riset Charta Politika, Muslimin, di Resto Es Teler 77, Jalan Adityawarman, Jakarta Selatan, Senin (11/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk dapil DKI-II dan DKI-III, toleransi terhadap money politics juga masih tinggi. Namun, di DKI-III lebih banyak masyarakat yang menolak adanya politik uang.
"Berbeda dengan dapil DKI-II agak lebih relatif rendah (dari DKI-I). Dan DKI-III juga, jadi lebih tinggi yang menolak. Dapil III ini memang paling tinggi penolakan money politics-nya dibanding DKI-I dan DKI-II," ungkapnya.
Terkait dengan hadiah yang paling disukai dari para caleg, mayoritas responden menjawab sembako. Dalam hal ini, responden di DKI-III yang paling menyukai hadiah sembako dibanding dua dapil yang lain.
"Ketika kita tidak menyebutkan, katakanlah, wah apa nih yang paling diharapkan selain uang tentunya, ternyata sembako juga paling tinggi. DKI-I ini ada 30 persen, DKI-II 36 persen, yang menarik tapi DKI-III ini ada 40 persen," papar Muslimin.
Menurut Muslimin, hal tersebut terjadi lantaran persaingan antarcaleg di dapil DKI-III sangat ketat. Cara caleg menarik suara dengan pemberian sembako banyak ditemui di dapil ini.
"Kalau kita lihat pemberitaan, DKI-III memang pertarungan calegnya jauh lebih luar biasa. Penetrasi yang dilakukan caleg jauh lebih tinggi dan sembako-sembako murah itu memang kita lihat banyak di DKI-III, bahkan ada beberapa yang viral di media sosial," ucapnya.
Lebih lanjut, Muslimin mengimbau agar partai politik turut berperan dalam memberikan pendidikan politik. Hal itu karena, menurutnya, tingkat pragmatisme masyarakat masih sangat tinggi.
"Kenapa kita harus hati-hati, ini pendidikan politik, kita juga harus berikan tanggung jawab kepada partai politik, tentunya bahwa ternyata tingkat pragmatisme di masyarakat, bahkan di DKI sekalipun, itu masih sangat tinggi," ujar Muslimin.
Berikut ini tingkat toleransi terhadap money politics di dapil DKI-I:
Dapat dimaklumi 58,2 persen
Tidak dapat dimaklumi 31,3 persen
Tidak menjawab 10,5 persen
Berikut ini tingkat toleransi terhadap money politics di dapil DKI-II:
Dapat dimaklumi 47,0 persen
Tidak dapat dimaklumi 41,0 persen
Tidak menjawab 12,0 persen
Berikut ini tingkat toleransi terhadap money politics di dapil DKI-III:
Dapat dimaklumi 42,6 persen
Tidak dapat dimaklumi 47,6 persen
Tidak menjawab 9,8 persen
Berikut hadiah yang paling disukai masyarakat dalam kampanye pemilu legislatif di dapil DKI-I:
Sembako 30,7 persen
Kaus 23,7 persen
Kalender 8,4 persen
Berikut hadiah yang paling disukai masyarakat dalam kampanye pemilu legislatif di dapil DKI-II:
Sembako 36,0 persen
Kaus 14,5 persen
Mukena 9,4 persen
Berikut hadiah yang paling disukai masyarakat dalam kampanye pemilu legislatif di dapil DKI-III:
Sembako 40,8 persen
Kaus 19,6 persen
Mug/gelas 4,6 persen. (azr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini