.webp)
"Perubahan visi-misi di tengah jalan itu menunjukkan kepemimpinan yang selalu berubah-ubah, ikut arus. Kepemimpinan yang tidak kokoh dalam prinsip, ragu-ragu, dan ini yang tidak kita inginkan," ujar Hasto di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/1/2019).
"Dalam bahasa rakyat sederhana saja, itu kan tidak konsisten. Berubah-ubah seperti itu. Itu bahasa rakyat, bukan bahasa kami," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, terkait perubahan tagline Prabowo-Sandiaga yang dianggap mirip dengan tagline Jokowi, Hasto mempersilakan masyarakat yang menilai. Prabowo-Sandiaga memang mengubah tagline-nya dari 'Adil Makmur Bersama Prabowo-Sandi' menjadi 'Indonesia Menang'.
"Ya segala sesuatunya kan pada akhirnya masyarakat yang menilai. Baru kampanye beberapa bulan aja sudah terjadi ketidakkonsistenan," kata Hasto.
"Karena itulah, mari kita hijrah bersama. Ini adalah pemilu untuk menyampaikan gagasan terbaik, yang menyentuh harapan rakyat itu sendiri," sambungnya.
Oleh sebab itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin tersebut mendukung langkah KPU menolak dokumen perubahan visi-misi Prabowo-Sandiaga. Mengingat batas akhir revisi dokumen tersebut telah berakhir.
"Sehingga ketika itu sudah dikumpulkan dan menjadi komitmen bersama, terlebih kampanye juga sudah dimulai, sehingga kurang pas perubahan visi-misi di tengah jalan," kata Hasto.
Prabowo-Sandiaga mengajukan perubahan visi-misi pada Rabu (9/1) lalu ke KPU. Dokumen perubahan visi-misi itu tetap diterima, tapi KPU tidak bisa mengubahnya.
Saksikan juga video 'Sandi Sayangkan KPU Tak Fasilitasi Sosialisasi Visi-Misi':
(mae/zak)
