Pilu Sekolah 'Laskar Pelangi' di Pelosok Maros Sulsel

Pilu Sekolah 'Laskar Pelangi' di Pelosok Maros Sulsel

M Bakrie - detikNews
Kamis, 03 Jan 2019 05:18 WIB
Pilu sekolah 'Laskar Pelangi' di pelosok Maros, Sulawesi Selatan. (Bakrie/detikcom)
Maros - Sekolah yang kondisinya mirip dengan sekolah di film 'Laskar Pelangi' ternyata ada juga di Pulau Sulawesi. Salah satunya sekolah yang ada di Kampung Galung-galung, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana, Maros, Sulawesi Selatan.

Sekolah yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) An-nas itu dibangun sekitar delapan tahun silam oleh sebuah yayasan dan berada tepat di kaki Gunung Bulusaraung, perbatasan Kabupaten Pangkep dengan Maros. Meski kondisinya memprihatinkan, puluhan anak di sekolah itu tetap bersemangat menuntut ilmu.

Saban hari, 14 siswa, dari kelas I hingga kelas VI, belajar di ruangan yang hanya berukuran sekitar 5 x 7 meter. Selain lantai beralaskan tanah, dinding sekolah yang terbuat dari papan sudah rusak hingga kondisi ruangan sangat terbuka. Tidak jelas lagi antara pintu depan dan dinding yang sudah menganga lebar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mereka tidak punya pilihan lain untuk tetap bersekolah di tempat itu karena jarak sekolah dasar (SD) terdekat mencapai 3 kilometer dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, itu pun harus menyeberang ke Kabupaten Pangkep. Sementara SD yang masuk wilayah Maros jaraknya mencapai 9 kilometer.

"Itu sekolah satu-satunya yang ada di kampung kami. SD terdekat itu di Pangkep sekitar 3 kilometer dari sini, harus jalan kaki. Jadi pulang-pergi itu 6 kilometer mereka. Yang di wilayah Maros malah lebih jauh lagi," kata seorang warga, Sanusi, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Meski begitu, beberapa anak usia SD memilih bersekolah di wilayah Pangkep, mereka ikut dengan saudara mereka yang melanjutkan jenjang pendidikan dari SMP hingga SMA di Kecamatan Balocci, Pangkep. Karena perjalanan jauh, mereka pun harus pergi ke sekolah lebih awal, bahkan ada yang berangkat sebelum pukul 05.00.



"Yah ada juga yang sekolah ikut sama kakaknya yang kebetulan juga sekolah di sana. Setiap hari mereka jalan itu melewati bukit melintasi perbatasan Maros dengan Pangkep. Anak-anak yang lulus sekolah SD mau tidak mau harus lanjutkan pendidikan mereka," lanjutnya.

Selain kondisi fisik sekolah yang jauh dari kata layak, sistem pembelajaran bagi siswa terbilang miris. Pasalnya, hanya ada satu guru yang mengajar setiap harinya. Siswa harus antre menunggu guru yang mengajar sesuai dengan tingkatan kelas dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Kondisi ini pun sangat mengganggu proses belajar-mengajar.

"Jadi misalkan saya mengajar matematika untuk kelas VI, kelas V dan di bawahnya harus menunggu dulu sampai selesai. Mereka bergiliran dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Repot memang, tapi harus bagaimana lagi, daripada mereka tidak bersekolah," kata guru MIS An-nas, Hasmiah.


Hasmiah adalah warga di kampung yang ditinggali sekitar 50 keluarga itu. Sejak sekolah itu dibangun, ia telah memilih mewakafkan dirinya untuk pendidikan anak-anak di kampungnya. Sudah hampir setahun, pihak yayasan pun tidak pernah memberikan honor kepadanya. Bahkan, untuk membeli buku pelajaran, ia harus mengeluarkan uang pribadi.

Namun Hasmiah tidak pernah berniat berhenti mengajar di sekolah yang sudah menamatkan ratusan orang anak di kampung itu. Baginya, mengentaskan kepandiran adalah tanggung jawabnya sebagai seorang yang terdidik. Cukuplah ia bersyukur ada pihak yang mau membuka sekolah di kampungnya itu. Sebab, sebelum ada sekolah, nyaris semua anak tidak ada yang bersekolah. Terlebih anak-anak di kampung itu masih satu keluarga dengan dia.

Pilu Sekolah 'Laskar Pelangi' di Pelosok Maros SulselPilu sekolah 'Laskar Pelangi' di pelosok Maros, Sulawesi Selatan. (Bakrie/detikcom)


"Saya merasa punya tanggung jawab yang besar. Biarlah Tuhan yang menggaji saya kelak. Saya tidak pernah permasalahkan soal itu karena, bagi saya, sudah merasa bersyukur ada pihak luar yang mau membangun sekolah di sini. Kalau dulu, hampir tidak ada anak yang sekolah di kampung kami karena jauh," sebutnya.

Selain Hasmiah, semua murid yang ia ajar berharap ada pihak yang mau membantu untuk memperbaiki kondisi fisik sekolahnya itu. Tak lain agar mereka bisa belajar lebih nyaman. Selain itu, mereka berharap ada bantuan buku pelajaran agar mereka bisa belajar mandiri di rumah masing-masing dan tak harus menunggu antrean pembelajaran dari guru tunggal mereka. (rvk/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads