"Dan sinergi ini ternyata menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Mengapa? Karena semua Kementerian/Lembaga terlibat langsung dalam membina masyarakat yang termarjinalkan, membina eks napiter, membina orang-orang yang sudah terpapar radikalisme dan menuju radikalisme untuk kemudian sadar kembali. Tentu hasil seperti ini sangat menguntungkan," kata Wiranto di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (27/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata hasilnya memang luar biasa dari beberapa pondok pesantren yang cukup kumuh, merasa terpinggirkan tidak mendapat bantuan, tapi setelah tersentuh BNPT dengan sinergi K/L sekarang mereka memiliki perasaan pemerintah hadir di situ. Bahkan yang tadinya mereka nggak mengibarkan bendera Merah Putih, nggak baca Pancasila, sekarang mereka setiap Senin justru mempelopori upacara bendera, pembacaan Pancasila, juga bisa bersosialisasi dengan masyarakat," ujarnya.
Lebih lanjut, Wiranto meminta semua K/L yang terlibat untuk terus bersinergi. Karena menurutnya, BNPT tidak bisa bekerja sendiri.
"Kita dalam negeri pun harus kerja sama, harus bersinergi. Karena kegiatan mereka (teroris) itu menyangkut bagaimana mereka membangun opini, mempengaruhi jalan pikiran manusia Indonesia untuk diajak ikuti jalan pikiran mereka yang merusak," tegasnya.
Program ini menyasar pondok pesantren dan kelompok masyarakat di 508 lokasi yang tersebar di 2 provinsi tersebut. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan metode soft power approach atau pendekatan lunak melalui pembinaan dan pembangunan sarana.
"Selama 9 bulan sejak bulan April 2018 program sinergitas telah melakukan banyak hal yang berkaitan dengan penanggulangan terorisme melalui kegiatan kontra radikalisasi, deradikalisasi, dan pemenuhan sarana prasarana. Beberapa pendekatan pada kelompok sasaran program juga sudah dilakukan, baik pendekatan ekonomi, sosial, budaya. Kita patut bersyukur bahwa program sinergitas di kedua provinsi secara umum telah berhasil dijalankan, yaitu dengan menghadirkan pemerintah melalui pembangunan yang menyentuh langsung kelompok-kelompok yang selama ini terpapar," jelas Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius.
Sestama BNPT Marsda TNI Asep Adang Supriyadi yang juga Ketua Pelaksana Program Sinergitas ini menegaskan pentingnya soft power approach agar masyarakat merasa tersentuh dan bisa menerima kehadiran negara. Adang menjelaskan kegiatan yang dilakukan secara umum adalah diskusi tentang keagamaan dan melatih keterampilan.
"Kita diskusi tentang agama, diskusi tentang kehidupan, kesejahteraan, bercocok tanam. Terbukti kalau ada yang dikerjakan mereka pikirannya nggak kemana-mana dan itu diapresiasi oleh masing-masing Kementerian/Lembaga. Dan saya memimpin itu ke sana dengan niat baik, tentunya harus ada niat baik dari kita, sesuai perintah kesana, mana yang sudah jadi sasaran, itu langsung kita kerjakan," tutur Adang.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Madinah, Bima, NTB Ustaz Jabir menyampaikan terima kasih atas program yang telah dijalankan di pesantrennya. Menurutnya, kini para santri sudah berkembang dan mulai bisa terbuka kepada masyarakat. Ia juga berterima kasih karena pondok pesantrennya sudah dibangun dengan baik, termasuk keberadaan tiang bendera yang selama pesantren tersebut berdiri tidak pernah melakukan upacara bendera.
"Terus terang saja mulai tahun 2005 sampai 2017 tiang bendera nggak ada di pondok kami. Bukan kita tidak mau buat, tapi mungkin sibuk dengan mencari uang untuk membangun pondok. Semoga bendera merah putih yang ada di pondok ktia itu berkibar sampai selama-lamanya," ungkap Wiranto.
"Manfaat semua itu ialah agar santriwan-santriwati dapat mengembangkan diri, tidak hanya ibadah saja tapi keterampilan setelah kita dibina oleh kementerian," pungkas Jabir.
Saksikan juga video 'Rusia-ASEAN Jaga Kerja Sama di Bidang Pemberantasan Terorisme':
(azr/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini