Jakarta - Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Drh Yuda Heru Fibrianto MS dipilih sebagai salah satu peneliti yang terlibat dalam keberhasilan kloning anjing di Seoul, Korea. Keberhasilan mengkloning anjing baru pertama kalinya di dunia. Yuda merupakan satu-satunya ilmuwan dari Indonesia di tim ini. Yuda memang patut berbangga. Sebab, nama Yuda tercatat dalam jurnal ilmiah internasional, Nature, bersama ilmuwan-ilmuwan dunia. "Saya merasa bangga dengan apa yang telah kita hasilkan, walaupun keberhasilan ini dilakukan di negeri orang," kata Yuda saat berbincang-bincang dengan
detikcom, Rabu (24/8/2005). Ikut dalam tim kloning anjing ini merupakan proses panjang yang dialami Yuda Heru. Dia merasa bersyukur bisa berkenalan dan dibimbing oleh Profesor Hwang Woo-Suk, MSc. PhD, seorang profesor di Seoul National University (SNU) yang dikenal pakar kloning di Korea. Sebenarnya, kepergian Yuda ke Korea untuk melanjutkan studinya di SNU untuk meraih gelar doktor. Tapi, kesempatan emas untuk berprestasi di tim kloning anjing ini tidak disia-siakannya. Ketekunanannya bersama tim membuahkan hasil yang fenomenal: anjing untuk pertama kalinya berhasil dikloning. Hasil kloning dari anjing ber-ras Afghanistan ini diberi nama Snuppy. Snuppy adalah kepanjangan Seoul National University Puppy. Rencananya, Yuda akan kembali ke Indonesia tahun 2006 mendatang setelah menggondol gelar PhD. Sekembalinya ke Indonesia nanti, Yuda berencana mengembangkan ilmu kloning ini, yang disebutnya sebagai ilmu penting yang harus dikuasai oleh Indonesia. Yuda berbicara banyak tentang kisah proyek kloning anjing ini. Tentu, sangat sayang untuk dilewatkan oleh para pembaca. Berikut petikan wawancara
detikcom dengan kandidat doktor berusia 36 tahun itu:
Bagaimana kisah Anda bisa ikut dalam proyek kloning anjing ini? Pada tahun 2002, saya mendapat beasiswa dari Seoul National University (SNU) dengan program DSFS (Doctoral Scholarship for Foreign Student) dan menjadi mahasiswa doktoral di laboratorium Theriogenology and Biotechnology, College of Veterinary Medicine Seoul National University South Korea di bawah bimbingan Prof. Hwang Woo-Suk, MSc. PhD. Pada saat saya datang, proyek baru saja dimulai, tetapi belum berjalan dengan cepat dan belum mulai menggunakan anjing sebagai donor sel telur. Kebetulan, selain staf pengajar di FKH-UGM, saya juga berprofesi sebagai dokter hewan di tempat saya tinggal yaitu di Magelang, sehingga dalam penanganan anjing saya sudah terbiasa, baik itu tentang kesehatan maupun dalam hal operasi. Nah dalam hal ini, itulah kelebihan saya. Apalagi saat itu ada profesor yang digigit anjing karena salah urus dalam manajemen pemeliharaan anjing, dan sayalah yang menolong beliau, sehingga saya dimasukkan dalam tim kloning anjing tersebut. Selain dalam tim anjing, saya juga masuk dalam tim sapi, di mana saya belajar baik dalam segi ilmu maupun praktek dalam teknik perkloningan.
Untuk ikut dalam tim kloning, apakah harus melalui tes tertentu? Tidak ada tes yang dilakukan untuk menjadi tim, hanya mau dan dipandang punya kemauan dan kamampuan sajalah yang dimasukkan dalam tim. Itu semua tergantung dari pengamatan profesor.
Apa yang membedakan kloning anjing dengan kloning hewan lain yang sudah dilakukan sebelumnya? Seberapa prestiuskah kloning anjing ini dalam bidang bioteknologi? Dari segi teknik, hampir bisa dikatakan sama. Tetapi, kloning anjing menjadi sangat sulit, karena tidak bisa didapatkannya sel telur yang dimasakkan di luar induk (in vitro maturation) sehingga kesulitan mendapatkan bahan bakunya (sel telur). Selain itu, sangat sedikit ilmuwan dan makalah/referensi yang membahas mengenai kloning di anjing ini. Sedangkan hewan lain, pemasakan sel telur di luar tubuh sudah bisa dibilang berhasil karena hampir 70-80% telur yang dimasak akan menghasilkan telur masak yang siap dipakai dalam teknologi ini. Dan pembuatan kloning ajing ini sudah dimulai sejak Februari 2000 oleh ilmuwan Amerika yang dibiayai dengan dana sebesar US$ 3,7 juta dengan proyek yang terkenal Missyplicity, proyek dari milyader Amerika (John Sperling) yang ingin mengkloning anjing kesayangannya MISSY. Tapi saat itu gagal dan ilmuwan malah menghasilkan CC (copy cat) atau kucing cloning. Prestisiusnya dalam kloning anjing ini adalah kesulitan, baik dalam mencari sel telur yang telah masak maupun teknik dalam pengerjaannya, karena tidak terdapatnya literatur yang memadai.
Apa arti keberhasilan kloning anjing bagi Anda? Sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan UGM, saya merasa bangga bisa ikut membuat sejarah dalam bidang ilmu bioteknologi dan keyakinan bahwa saya bisa juga melakukannya.
Dalam proyek kloning anjing, apa saja yang Anda dapatkan? Mungkin dari segi ilmu, penghargaan atau materi? Yang saya dapatkan dari proyek anjing ini adalah publikasi nama saya di majalah Nature, sebuah majalah dengan nilai faktor yang tinggi di dunia internasional dan impian para ilmuwan untuk dapat mencantumkan namanya di sana. Kalau segi ilmu itu jelas sekali.
Bila kembali ke Indonesia, akankah Anda akan menularkan dan mengembangkan ilmu kloning ini di Indonesia? Saya berkeinginan untuk menularkan ilmu ini pada mahasiswa saya di Indonesia, dan juga untuk menyelamatkan hewan menjelang punah dan mengembangkannya sesuai dengan sarana, prasarana dan kemampuan yang kita punyai. Ini harus dan mungkin janji saya dalam hati kepada negara (sebenarnya nggak perlu diomongkan ya).
Setelah anjing, apakah ada proyek kloning hewan lain yang akan dilakukan segera? Kalau di Korea ya, dikembangkan untuk ke pembuatan stem cell. Yang penting di sini, bagi saya kloning adalah suatu alat yang akan sangat berguna bagi kehidupan manusia di masa mendatang sehingga perlu dikembangkan dan dikuasai oleh bangsa Indonesia.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini