"Ketika ada yang melakukan penyebaran berita hoax, hatespeech, pasti ada. Mau kita bilang 'jangan beri berita hoax, jangan hatespeech', nggak mungkin. Pasti di antara jutaan relawan itu pasti akan membuat berita itu," kata Pratama dalam dalam diskusi bertema 'Kampanye Asik, Damai dan Antihoax' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018).
Pratama menuturkan karakter pengguna internet di Tanah Air lebih mudah menerima berita negatif ketimbang yang positif. Untuk menyiasati itu diperlukan kondisi 'banjir berita positif'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jakarta, Erik Somba, menjelaskan maraknya berita bohong dikarenakan adanya permintaan atau demand.
"Hukum ekonomi berlaku pada media manapun. Ada supply dan demand. Adanya media abal-abal karena ada demand, ada yang mengambil untung," terang Erik.
Simak Juga 'Jelang Pilpres, Ini 'Jurus Sakti' Google Hantam hoax':
(aud/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini