"Mereka berkomunikasi melalui tukar-menukar gagasan dan dari saling membaca pemikiran masing-masing," kata politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno saat berbincang dengan detikcom, Rabu (19/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka berdua berbeda usia dan kuliah di Rotterdam pada periode waktu yang berbeda. Jadi persamaan lebih pada pendekatan keilmuan yang diajarkan di sana. Sama-sama murid (alm) Prof Jan Tinbergen, Penerima Hadiah Nobel Ekonomi yang pertama tahun 1969," tutur Hendrawan.
Hendrawan juga berkuliah di Belanda. Namun dia tak berkuliah di Rotterdam. Hendrawan berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Amsterdam, tetapi dia juga berguru pada Jan Tinbergen.
"Pendekatan ekonomi di Belanda lebih bercorak strukturalis, menekankan aspek-aspek demokrasi sosial. Jadi unsur perencanaan ekonomi mendapat tempat istimewa. (Alm) Jan Tinbergen adalah ahli ekonometrika dan perencanaan ekonomi," papar Hendrawan.
Selain kedekatan keilmuwan, Kwik dan Sumitro juga dekat melalui berbagai forum. Hendrawan juga menyebut keduanya sering bertautan di media massa. Kala itu Kwik bergabung dalam PDI, partai yang setelah reformasi kemudian terpecah menjadi PDI Perjuangan (PDIP).
"Melalui berbagai forum. Pak Kwik aktif di Balitbang PDI, Pak Mitro menjadi penasihat ekonomi informal dari Presiden Soeharto. Juga dari tulisan-tulisan di media massa," kata Hendrawan.
Baik Hendrawan maupun Kwik sama-sama senior di PDIP. Mereka berdua juga sering berdiskusi soal ekonomi.
"Pak Kwik itu figur yang suka diskusi dan debat. Dulu waktu saya bersama beliau di Institut Bisnis Indonesia, kami sering mengadakan diskusi rutin," ungkap Hendrawan.
Tonton juga 'Kwik Bahas Ekonomi Bareng Prabowo, PDIP: Dia Tidak Pindah':
(bag/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini