Bus salawat merupakan bus yang disiapkan pemerintah Indonesia untuk melayani jemaah haji guna mengakses Masjidil Haram dari pemondokan. Meski begitu, kebanyakan sopir bus bukan berasal dari Indonesia.
"Paling banyak dari Sudan," ujar Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Subhan Cholid di kantor Daker Mekah, Sabtu (15/9/018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang ada pengemudi-pengemudi bus salawat dari Indonesia, namun jumlahnya tak banyak. Subhan tak menampik mengenai beberapa keluhan jemaah mengenai persoalan komunikasi antara pengemudi dengan para jemaah.
"Pengemudi dari Sudan ini juga mendapatkan training, seperti PPIH juga ada pelatihan petugas. Ditunjukkan mana haltenya dan lain-lain. Memang kalau sama-sama padat, lalu ada penutupan jalan mereka juga bisa nyasar. Kadang jemaah panik kita mau dibawa ke mana, padahal itu karena mencari jalan lain karena jalan ditutup. Padahal yang tahu jalan ditutup kan cuma yang duduk di depan. Ada juga kendala dengan bahasa," tutur Subhan.
Lalu mengapa kebanyakan sopir bus salawat berasal dari Sudan? Hal ini terkait erat dengan kebijakan syarikah atau koperasi/perusahaan yang menjadi mitra PPIH dalam penyediaan bus salawat.
"Mengapa tidak Indonesia? Problemnya itu, pertama sedang ada moratorium (tenaga kerja). Kedua, mendatangkan satu sopir dari Indonesia itu biayanya bisa untuk tiga orang sopir dari Sudan," tutur Subhan.
Bedanya besaran biaya itu dikarenakan jarak antara Indonesia-Arab Saudi yang begitu jauh dibandingkan dengan Sudan. Arab Saudi dan Sudan hanya terpisah laut merah sehingga biaya transportasi bisa ditekan.
"Orang Sudan ke sini hanya tinggal melewati laut. Tinggal menyeberang enam jam sudah sampai," kata Subhan.
Saksikan juga video 'Petugas Haji Bangladesh Puji Penyelenggaraan Haji Indonesia':
(fjp/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini