Menyusuri Jejak Terakhir Pangeran Sambernyowo

Menyusuri Jejak Terakhir Pangeran Sambernyowo

Erwin Dariyanto - detikNews
Jumat, 14 Sep 2018 20:51 WIB
Mbak Tutut berdoa di makam Pangeran Sambernyowo (Foto: Istimewa)
Jakarta - Di bawah suhu 15 derajat celsius, Siti Hardiyanti Indra Rukmana alias Mbak Tutut dan rombongan pada Rabu malam, 12 September 2018 lalu ziarah ke makam Mangkunegoro I alias Pangeran Sambernyowo. Kompleks makam ini terletak di Astana Mangadeg di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Persisnya di salah satu puncak perbukitan di lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.



Rombongan berangkat setelah sebelumnya ziarah ke makam mendiang Presiden ke-2 RI Soeharto dan Ibu Siti Hartinah (Ibu Tien) di Astana Giri Bangun. Makam Sambernyowo terletak kurang lebih 1 kilometer dari Astana Giri Bangun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rute untuk ke makam Pangeran Sambernyowo hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki menempuh jalan berundak. Tutut yang pada Januari 2019 nanti genap berusia 70 tahun tampak tak kelelahan saat mendaki ke Astana Mangadeg.

Menyusuri Jejak Terakhir Pangeran SambernyowoRute jalan berundak menuju makam Pangeran Sambernyowo di Astana Mangadeg (Foto: Istimewa)


Kerlap kerlip lampu penduduk di bawah bukit menambah eksotik pendakian menuju makam Pangeran Sambernyowo pada malam itu. Suhu dingin tak begitu terasa saat menapaki satu persatu anak tangga di antara pepohonan tinggi. Suara gemericik air sungai terdengar memecah keheningan malam.

Lima belas menit perjalanan dari Astana Giribangun, rombongan menemui kantor pengelola Astana Mangadeg. Persis di depan kantor pengelola terdapat tugu, Monumen Tri Dharma.



Di tempat monumen itu berdiri diyakini, Pangeran Sambernyowo pernah bersemedi di sela 16 tahun perjuangannya melawan Belanda. Di sinilah, ratusan tahun yang lalu sang pangeran bersemedi di tengah kesunyian bukit dan hutan.

Saat itulah Pangeran Sambernyowo merumuskan sebuah falsafah yang dikenal dengan Tri Dharma, yakni: Rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), Wajib melu hangrungkebi (wajib ikut mempertahankan) dan Mulat sarira hangrasa wani (berani bermawas diri).

Menyusuri Jejak Terakhir Pangeran SambernyowoFoto: Erwin Dariyanto/detikcom


Mangkunegoro I alias Pangeran Sambernyowo juga dikenal sebagai Raden Mas Said. Dia merupakan salah satu pahlawan rakyat Jawa Tengah, khususnya Surakarta dan Kartasura.

Itu karena keberaniannya menentang penjajah Belanda, juga kesaktiannya. Sang pangeran ini diyakini bisa menghilang, memporak-porandakan lawan tanpa perlu balatentara, dan persenjataan modern. Dalam pertempuran melawan Belanda dia menerapkan sistem perang gerilya melalui pengamatan di Gunung Gambar.

Falsafah Tri Dharma dia sosialisasikan untuk memotivasi rakyat mencintai dan loyal terhadap kerajaannya. RM Said yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa yang lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 meninggal di Kartasura pada 28 Desember 1795.

Dia dimakamkan di Astana Mangadeg di Matesih, Karanganyar. Banyak warga yang berziarah ke makam Pangeran Sambernyowo. Beberapa di antaranya menggelar tirakat di dekat makam. Namun makam utama Pangeran Sambernyowo dan keluarga Mangkunegoro ditutup pada pukul 24 malam.

Seperti pada Rabu malam itu, tampak beberapa warga menggelar tirakat lek-lekan (tidak tidur) di salah satu bangunan di bawah kompleks makam. "Hanya lek lekan (tidak tidur) saja di sini," kata salah satu warga.

Tutut dan rombongan tidak tirakat dengan lek lekan di makam Pangeran Sambernyowo. "Saya membaca alfatehah . Semoga bapak dan ibu (Soeharto-Ibu Tien), Pangeran Sambernyowo dan yang lainnya diampuni dosanya, dimaafkan segala kesalahannya diterima seluruh amal ibadahnya, dan ditempatkan di surgaNya," kata Tutut.

Menjelang tengah malam, rombongan meninggalkan makam Pangeran Sambernyowo. Sebelum meninggalkan Astana Mangadeg Tutut kembali berdoa di makam Pak Harto dan Ibu Tien di Astana Giribangun.

Menyusuri Jejak Terakhir Pangeran SambernyowoBerdoa di makam Pangeran Sambernyowo (Foto: Istimewa)


(erd/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads