Rombongan berangkat pada Rabu, 12 September 2018, dan baru kembali pada Jumat sore ini, 14 September 2018. Tiba di Solo pada Rabu siang, rombongan Tutut menginap di Dalem Kalitan Solo. Pada sore harinya, barulah mereka berangkat ke makam Pak Harto dan Ibu Siti Hartinah (Ibu Tien) di Astana Giribangun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rute ke makam Pangeran Sambernyowo hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki menempuh jalan berundak. Tutut, yang pada Januari 2019 genap berusia 70 tahun, tampak tak kelelahan saat mendaki ke Astana Mangadeg.
![]() |
"Ibu kalau capek istirahat dulu," kata staf Tutut, Rahman.
"Ndak, lanjut saja," jawab Mbak Tutut.
Setengah jam kemudian, rombongan tiba di makam Pangeran Sambernyowo. Astana Mangadeg berada pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Bukit tersebut merupakan puncak perbukitan Gunung Lawu.
Baca juga: Ziarah di Makam Sambernyowo |
Makam Pangeran Sambernyowo berada di sisi paling kiri, diselimuti kelambu berwarna putih. Di ruang terpisah sebelah kirinya terdapat makam istri-istrinya. Sejumlah kerabat dan abdi dalem Mangkunegaran juga dimakamkan di sini.
![]() |
Selama kurang-lebih satu jam, Tutut dan rombongan berdoa di makam Pangeran Sambernyowo dan kerabat Mangkunegaran. Di makam Pak Harto, Ibu Tien, dan Pangeran Sambernyowo, Tutut membaca Surat Al-Fatihah. Juga mendoakan agar Pak Harto, Ibu Tien, Pangeran Sambernyowo, dan kerabat Mangkunegaran diampuni segala salah dan dosanya.
"Dan kami yg masih diberi kesempatan hidup diberikan kekuatan, kemampuan, kemudahan, bimbingan, dan petunjuk dari Allah SWT untuk meneruskan perjuangan beliau semua, selalu berkarya untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negara Indonesia," kata Tutut, Jumat, 14 September 2018.
Apakah ia juga berdoa untuk kemenangan Partai Berkarya dan Prabowo?
"Tepatnya saya mohonnya pada Allah untuk semua yang ditanyakan itu," jawab Mbak Tutut.
Tonton juga 'Mbak Tutut Jawab Tudingan KKN Keluarga Cendana':
(erd/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini