Nama Buni Yani pertama kali 'digaungkan' oleh Ketua Timses Prabowo, Djoko Santoso. Djoko Santoso menyebut kemungkinan Buni Yani dimasukkan ke dalam tim medsos.
"Insyaallah lah yah. Insyaallah tak suruh (saya) masuk (timses). Dia belum minta apa-apa, tapi beliau adalah seorang penulis. (Divisi timses) Medsos lah, dia kan dosen juga kalau nggak salah," kata Djoko di kediamannya, Jalan Bambu Apus Raya, Jakarta Timur, Sabtu (8/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djoko mengaku mengenal Buni Yani sejak kasus ITE terkait video pidato mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Selain itu, Djoko mengaku juga sering bertukar pikiran dengan Buni Yani.
Senada dengan Djoko Santoso, Sandiaga menilai Buni Yani berpeluang masuk tim medsos pemenangannya di Pilpres 2019.
"Jadi Pak Buni Yani tentu punya kedektaan dengan Pak Djoko Santoso dan saya juga kenal baik sama beliau," kata Sandiaga di Salak Tower Hotel, Bogor, Senin (10/9).
"Kita samakan frekuensi dan tonenya harus positif dan bisa membangun momentum. Di media sosial kan kita selalu dihajar, tapi kita sampaikan apa yang jadi kebenaran dan rakyat merasakan," jelasnya.
Wasekjen Demokrat Andi Arief juga berpendapat Buni Yani memang memiliki kapasitas. Menurut Andi, Demokrat tak khawatir koalisi Prabowo-Sandiaga disebut tak NKRI karena Buni Yani berstatus terpidana.
"Saya belum mendengar pertimbangannya apa, tapi ya so far Buni Yani punya kapasitas itu. Tapi saya nggak di kapasitas berpendapat mendukung atau tidak, tapi dia memang seorang wartawan mungkin," ujar Andi di kediaman SBY, Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (9/9).
Sementara itu kubu Jokowi, dalam hal ini Sekjen PSI Raja Juli Antoni mengkritik kubu Prabowo yang mempertimbangkan nama Buni Yani masuk tim medsos. PSI merespons negatif tindakan tersebut.
"(Buni Yani masuk timses), berarti kami harus siap-siap, cara-cara lama yang digunakan oleh Buni Yani dan kawan-kawan bisa jadi dipraktikkan kembali," kata Toni di gedung High End, Jakarta Pusat, Senin (10/9).
Dia menyebut track record Buni Yani, yang merupakan terpidana kasus pemotongan video Ahok di Kepulauan Seribu waktu itu. Dia pun menilai Buni Yani bisa menggunakan cara-cara lama untuk menjatuhkan Jokowi di medsos.
"Kan Buni Yani punya track record dan dia sudah dinyatakan bersalah. Bisa jadi, cara-cara lama yang pernah digunakan di DKI akan dipergunakan kembali untuk level nasional, kita harus waspadalah. Itu soal etika ya, terserah saja kalau memang kubu sana mau mempergunakan orang yang memang tercoret namanya," tutur Toni.
Saksikan juga video 'Djoko Santoso Ketua Timses Prabowo, Tak Ada Keraguan di PKS':
(rna/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini