"Nah, saya pikir teman-teman juga mendapat undangan nanti malam pukul 19.00 WIB di acara Samawi di Sentul. Saya kira teman-teman akan melihat bagaimana pilihan kata beliau saat berpidato, gestur-gestur beliau seperti apa. Dan saya kira teman-teman punya latar belakang komunikasi baca gestur, pilihan kata," kata Ngabalin di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Ngabalin menyatakan Jokowi bakal memberikan kejutan di acara Solidaritas Ulama Muda untuk Jokowi (Samawi) tersebut. Ngabalin bahkan meminta parpol untuk mempersiapkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi kemudian berpidato dalam acara yang berlangsung di SICC, Sentul, Bogor tersebut. Jokowi berpidato selama 13,5 menit sebelum kemudian memberi kuis seperti biasanya.
Berikut pidato lengkap Jokowi saat itu:
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh,
Bismillahirahmanirahim,
Yang saya hormati, Yang Mulia para ulama, para kiai, para ustaz yang hadir pada malam hari ini wabilkhusus para kiai sepuh,
Yang saya hormati Kepala Staf Kepresidenan Bapak Jenderal Moeldoko, Koordinator Staf Khusus Bapak Teten Masduki, yang saya hormati Koordinator nasional-Koordinator Wilayah beserta seluruh jajaran Samawi, bapak-ibu hadirin tamu undangan seluruh jamaah yang saya hormati dan saya muliakan,
Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya bahwa negara kita Indonesia ini adalah negara besar, bangsa kita adalah bangsa besar, kita harus sadar bahwa negara Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ini yang terus saya sampaikan di mana-mana, di setiap konferensi-konferensi internasional bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Penduduk kita sekarang ini adalah dua ratus enam puluh tiga juta, kita memiliki tujuh ratus empat belas suku, memiliki seribu seratus lebih bahasa daerah, inilah anugerah yang diberikan Allah untuk bangsa Indonesia. Kita ini berbeda-beda, beragam, berbeda-beda suku, berbeda-beda agama, berbeda-beda bahasa daerah, berbeda beda tradisi. Coba kita lihat tadi yang menari dari Aceh, kalau mau kita lihat tarian seperti yang sangat bagus sangat indah, tadi itu baru satu, perkiraan saya dari lima ratus empat belas daerah kabupaten-kota, tiga puluh empat provinsi, kita mungkin lebih memiliki tarian lebih dari lima puluh tarian dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga ukhuwah kita, menjaga ukhuwah islamiyah kita, menjaga ukhuwah wathaniyah kita, karena aset besar bangsa Indonesia adalah persaudaraan, adalah kerukunan. Aset besar bangsa Indonesia adalah persatuan, karena kita diberikan anugerah oleh Allah SWT berbeda-beda, beragam, majemuk, inilah yang banyak dikagumi negara lain terutama negara Islam. Betapa kita berbeda adat, berbeda suku, berbeda tradisi, berbeda agama, tetapi Indonesia tetap rukun, bersatu, bisa hidup berdampingan.
Inilah, saya titip yang terus harus kita jaga. Jangan hanya perbedaan pilihan dalam memilih bupati, memilih wali kota, memilih gubernur, memilih presiden, menjadikan kita tidak rukun, menjadikan kita tidak bersatu, menjadikan kita tidak bersaudara sebangsa dan setanah air. Akan rugi besar bangsa ini, akan rugi besar bangsa ini karena ke depan kita akan menghadapi tantangan-tantangan besar, persaingan global, kompetisi global sudah ada di depan mata kita. Wong kita ini bersatu saja belum tentu bisa memenangkan persaingan dan kompetisi, apalagi kita tidak bersatu padu.
Tantangan kita ke depan sangat banyak sekali, revolusi industri yang keempat, revolusi industri four point zero, radikalisme, peradaban antarnegara yang saat ini sudah dimulai dan sudah ada. Ini memerlukan persatuan kita sebagai sebuah bangsa yang besar, jangan justru malah kita ini di antara kita malah curiga di antara satu dengan yang lain, gampang berprasangka jelek, antara kita sendiri saling mencemooh, antar kita sendiri saling mencela. Apakah ini akan kita terus-teruskan? Tidak, 'kan? Agama kita juga tidak memberikan tuntunan-tuntunan yang tidak baik seperti itu karena kita memiliki etika memiliki sopan santun, memiliki tata krama, itu yang telah dituntunkan oleh agama kita. Tahun ini adalah tahun politik, tahun depan adalah, tahun ini memasuki tahun politik, tahun depan tahun politik.
Kita harus mengajak masyarakat untuk masuk tahun politik ini, pandai-pandai memilih pemimpin. Berikan informasi yang benar kepada masyarakat, kepada tetangga-tetangga kita, pada saudara-saudara kita, kepada teman-teman kita, kepada tetangga sebelah kampung, kepada tetangga kita, dilihat prestasinya apa, dilihat track record-nya seperti apa, dilihat prestasinya apa, dilihat kinerjanya seperti apa. Jangan sampai mudah masyarakat kita dihasut, jangan sampai masyarakat kita diberi kabar yang tidak betul, diberi kabar yang tidak benar, fakta-fakta yang tidak betul. Memang kita diberikan kebebasan berekspresi, memang kita diberikan perbedaan berpendapat, kita bebas menyampaikan pendapat, menyampaikan ekspresi, tapi ada batasan-batasannya, ada tata kramanya, ada sopan santunnya, ada etika-etikanya, jangan sampai kita diberi kebebasan gampang mudah mencela orang lain, diberi kebebasan kita gampang mencemooh orang lain, itu bukan nilai-nilai Islami yang diajarkan Rasululah kepada kita.
Oleh sebab itu, saya mengajak kepada kita semuanya untuk khusnutabbahum, berpikir dengan penuh kecintaan, berpikir ke arah yang positif, berpikir dengan prasangka-prasangka yang baik, inilah yang akan menjadikan bangsa ini besar, bangsa ini kuat karena dari itung-itungan yang telah dikalkulasi Bappenas, yang telah dikalkulasi McKenzie, oleh Bank Dunia, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar, masuk lima besar terkuat dunia, Insyaallah nanti di 2045. Memang masih nunggu tapi jalan ke tempat yang lebih terang Insyaallah sudah mulai kelihatan, inilah yang harus terus kita jaga jangan sampai kita keluar rel yang sudah digariskan, dan ini memerlukan kerja keras, negara yang besar seperti Indonesia pasti cobaannya juga besar, ujiannya juga besar, tantangannya juga besar. Tapi inilah tugas kita bersama untuk membangun negara ini, untuk membangun negeri ini, oleh sebab itu kita patut bersyukur dengan persatuan kita yang terus kita jaga sampai saat ini dengan ideologi kita Pancasila marilah kita bersama-sama menjaga ukhuwah kita.
Baca juga: Gerindra: Samawi Terindikasi Massa Bayaran |
Adakah gestur atau pilihan kata tertentu dalam pidato Jokowi ini? Penafsiran orang tentu beda-beda. Namun, Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari mempertanyakan maksud Ngabalin.
"Tanya Pak Ngabalin, gestur yang mana?" kata Eva kepada detikcom.
Eva meminta masyarakat bersabar terkait sosok cawapres yang akan dipilih Jokowi nantinya. Yang jelas, sosok tersebut merupakan sosok yang memiliki kontribusi yang besar bagi negara.
"Tunggu saja pengumuman dari presiden," kata Eva.
Halaman 2 dari 2