Deretan Kritik Prabowo dan Pesan Pilkada ke Kader Gerindra

Deretan Kritik Prabowo dan Pesan Pilkada ke Kader Gerindra

Danu Damarjati - detikNews
Selasa, 19 Jun 2018 23:38 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (Facebook Prabowo Subianto)

Saya dan Partai Gerindra melihat bahwa arah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini berada di arah dan alur yang salah. Kita merasakan, Gerindra merasakan, dan saya berpandangan dan berkeyakinan bahwa sistem bernegara, sistem politik, dan sistem ekonomi bangsa kita berada di jalur yang menyimpang, menyimpang dari apa? Menyimpang dari rencana dari cetak biru yang dibangun oleh pendiri-pendiri bangsa kita.

Yaitu, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Masalah sekarang, kesulitan-kesulitan kita sekarang, adalah karena kita tidak setia terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Yah, banyak yang menggunakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai mantra, sebagai slogan, tetapi hakikatnya tidak dipahami atau tidak mau dipahami, yang jelas tidak mau dilaksanakan.


Sebagai contoh, Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi sering sila-sila tersebut tidak mau dilaksanakan sesungguhnya. Sebagai contoh, kita menjalankan ekonomi kita tanpa menghiraukan masalah keadilan sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kita bisa katakan keadilan sosial kalau yang menguasai kekayaan bangsa kita hanya segelintir orang saja. Kurang dari 1%. Bahkan ada yang mengatakan tidak lebih dari 300 keluarga dari 250 juta orang yang menikmati kekayaan bangsa Indonesia.

Saudara-saudara, saya tidak bermaksud malam hari ini untuk membahas dan berbicara tentang angka-angka. Ada saatnya, ada waktunya, dan kami siap dengan data dan bukti-bukti.

Saudara-saudara, selalu berkali-kali saya mengulangi, saya katakan di setiap kumpulan warga negara Indonesia yang saya hadapi, selalu saya ingatkan bahwa inti masalah bangsa Indonesia sekarang adalah, pertama, kekayaan bangsa Indonesia diambil dari bangsa Indonesia. Kekayaan bangsa Indonesia mengalir dan tidak tinggal di Indonesia.


Ini saya katakan berkali-kali, sudah bertahun-tahun, dan inilah sebabnya bahwa kita selalu lemah gaji kita sangat kecil, penghasilan kita sangat kecil, itupun bagi orang yang punya pekerjaan. Mereka yang punya pekerjaan, penghasilannya kecil, tidak mencukupi, tidak memadai. Dan selalu dikatakan anggaran terbatas, tidak ada anggaran, dan sebagainya, dan sebagainya. Alias, maksudnya adalah tidak ada uang di Indonesia.

Dengan istilah yang sangat normatif, yang sangat birokratis, anggaran terbatas. Kalau anggaran terbatas kan tidak ada uang. Bahkan kita sekarang meminjam uang untuk membayar bunga utang. Kita meminjam uang sebagai bangsa, sebagai negara, untuk membayar gaji saudara-saudara. Ini adalah keadaan ekonomi yang tidak masuk akal. Tidak ada lembaga keuangan di seluruh dunia yang berani meminjamkan uang untuk biaya overhead, untuk biaya gaji, secara ekonomis ini tidak masuk akal.

Tapi negara kita, bangsa kita yah harus menerima kenyataan bahwa bangsa kita pinjam uang untuk bayar hutang, dan bangsa kita pinjam uang untuk bayar gaji pegawai.

Saudara-saudara, keadaan ini membuat kita sungguh-sungguh lemah. Susahnya uang beredar, satu persatu aset bangsa, satu persatu lembaga-lembaga kita, satu persatu kekayaan negara terus berjatuhan dikendalikan dan dikuasai bangsa asing.

Pelabuhan yang begitu vital, pelabuhan udara yang begitu vital, yang merupakan jalur bernafas sebuah bangsa, banyak sekarang sudah dikendalikan oleh bangsa asing. Saudara-saudara, sumber-sumber ekonomi kita juga sudah lepas kendali dari penguasaan negara dan bangsa Indonesia.

Di berbagai negara lain, ini disebut state capture, fenomena ini disebut bahwa negara sedang dikuasai atau dijajah oleh kerjasama antara beberapa pejabat dan pihak swasta dan pihak asing.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads