Menurut Sudirman, selama ini peran pemimpin dianggap terlalu serius. Hal-hal yang dianggap serius tentu susah masuk dunia anak-anak muda sekarang. "Sementara saya paham betul merekalah (generasi milenial) pemimpin masa depan. Oleh karena itu, (buku) saya kemas dengan agak ringan," kata dia saat tampil di acara d'Candidate detikcom yang tayang hari ini, Selasa (8/5/2018).
Lalu seperti apa sosok pemimpin masa depan di era 'kids zaman now'?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pengamatan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu, pemimpin akan sukses bila memiliki tiga aspek pengetahuan, yakni sejarah, wawasan, dan gambaran masa depan. Pertama, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang sejarah berdirinya negara ini. Kemudian memiliki wawasan terkait tujuan negara lain saat ini akan menuju ke arah mana, dan terakhir seorang pemimpin harus mampu merumuskan ke arah mana negara ini akan dibawa.
Ironisnya, lanjut Sudirman, saat ini banyak pemimpin, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, gagal. Ini lantaran mereka terjebak hanya mengandalkan popularitas. Mereka sibuk mengejar popularitas berlebihan sehingga lupa pekerjaannya sebagai pemimpin.
"Banyak sekali pemimpin terjebak pada mengejar popularitas. Mereka berakrobat, selfie, supaya diviralkan tapi lupa pada pekerjaan. Seolah-olah, setelah populer, itu selesai. Popularitas penting untuk masuk ke dalam tugas itu, tapi setelah itu kompetensi," kata Sudirman. (erd/jat)











































