Setelah musibah terjadi pada Rabu (25/4) lalu di Desa Pasir Putih, Rantau Pereulak, Aceh Timur yang menewaskan 22 orang dan puluhan lainnya luka-luka. Aktivitas penambangan diminta harus ditutup oleh pihak terkait. Namun, warga yang menggantungkan hidupnya di tempat itu meminta agar sumur-sumur minyak mereka bisa dihidupkan kembali.
"Kami menuntut kepada pemerintah agar tragedi Pasir Putih sebagai bencana daerah, mengabulkan penangguhan penahanan tiga warga Ranto Peureulak lainnya yang masih ditahan pihak kepolisian berkaitan dengan ledakan dan kebakaran sumur minyak serta diperbolehkan kembali untuk melakukan aktifitas tambang minyak seperti biasanya," kata perwakilan aksi, Saifullah di gedung DPRK Aceh Timur, Senin (7/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan selama ini mata pencaharian warga hanya dari hasil pengelolaan sumur minyak. Jika tidak diberikan untuk beraktivitas lagi, maka masyarakat akan menjadi pengangguran.
Hal yang sama juga disebutkan tokoh masyarakat lainnya, Rasyidin. Dia meminta kebijakan dari Pemerintah Aceh Timur agar persoalan sumur minyak diselesaikan secara bijak.
"Warga yang datang ke DPRK bukan untuk buat anarkis. Tapi mereka ingin meminta solusi yang tepat agar sumur minyak itu masih bisa dikelola oleh warga. Pastinya dengan aturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah," kata Rasyidin kepada detikcom.
Setelah memberikan izin untuk dikelola oleh warga, pemerintah juga diminta untuk memberikan bimbingan ilmu tehadap para penambang agar mereka bekerja sesuai standar operasional dan kejadian serupa tidak terulang lagi.
Aksi demontrasi ini diikuti oleh ribuan warga Rantau Pereulak pada Senin menjelang siang tadi. Setelah berorasi di gedung DPRK. Perwakilan mereka kemudian diperbolehkan berjumpa dengan para pejabat Forkopimda setempat untuk menyalurkan aspirasinya. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini