"Jadi begini, apa yang disampaikan oleh Ruhut dengan menyerang beberapa tokoh Partai Demokrat, seperti Pak Syarief Hasan, yang menjabat sebagai Waketum, adalah bentuk kegelisahan dan bentuk kegalauan dari Ruhut sendiri. Ruhut gelisah dan galau karena kepindahannya ke PDIP ternyata mendapat respons negatif, terutama dari netizen," ujar Ferdinand kepada wartawan, Rabu (2/5/2018).
Serangan Ruhut ke elite PD bermula dari sikap Ruhut yang memakai seragam PDIP tapi mengaku masih sebagai kader PD. Status Ruhut di PD kemudian tak diakui Syarief dan Ferdinand. Bagi Ferdinand, serangan Ruhut ke sejumlah elite tak patut dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain Kadiv Hukum, saya juga menjabat sebagai Komunikator Politik Partai, yang berfungsi sebagai jubir. Jadi saya menyampaikan fakta bahwa memang Ruhut sudah diberhentikan lewat sidang Dewan Kehormatan Partai pada tanggal 24 Oktober 2016. Saat itu hasil sidang disampaikan oleh Bapak Denny Kailimang mewakili Dewan Kehormatan," tegasnya.
"Jadi bukan saya sok Demokrat, tapi memang tugas saya menyampaikan fakta dari Demokrat," katanya.
Dalam pernyataannya, Ruhut juga menyebut Ferdinand dulu merupakan seteru Ketum PD SBY. Ferdinand menantang Ruhut memberikan bukti. Dia juga menyindir pengakuan Ruhut soal status kader PD itu.
"Terkait dengan pernyataan Ruhut yang menyatakan saya memaki-maki SBY dulu adalah sebuah kebohongan, silakan tunjukkan buktinya, jangan menebar fitnah. Tidak elok menebar fitnah," ucapnya.
"Kalau masih kader Demokrat, kenapa pakai baju PDIP? Itu namanya apa? Kita kan jadi tertawa melihat manuver itu. Tapi silakan saja dia merasa kader, tapi Demokrat tidak pernah lagi menghitung Ruhut sebagai kader," imbuh dia.
Baca juga: Jadi Caleg PDIP? Ini Jawaban Ruhut Sitompul |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini