Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan sudah ada 13 kali gempa susulan hingga Minggu (22/4/2018) siang. Guncangan terbesar adalah 3,4 SR dan yang terkecil adalah 1,4 SR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gempa susulan memang lazim terjadi pascagempa kuat, karena itu merupakan pelepasan sisa-sisa tegangan kulit bumi agar kondisi stabil. Kondisi dinamika bumi di titik Banjarnegara cenderung menuju kestabilan. BMKG akan terus memantau perkembangan gempa bumi susulan dan hasilnya akan diinformasikan ke para pemangku kepentingan, masyarakat, dan media massa.
"Masyarakat tidak perlu takut dengan aktivitas gempa susulan. Warga yang rumahnya masih kokoh dan tidak rusak tidak perlu ikut mengungsi. Sebaiknya kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas seperti biasa," kata Daryono.
"Adapun warga yang rumahnya mengalami kerusakan seperti retak-retak diimbau mengikuti arahan Pemda dan BPBD untuk tinggal di tempat evakuasi sementara hingga dilakukan perbaikan rumah yang aman," imbuhnya.
Sebelumnya, Sabtu (21/4) Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan yang terjadi di Banjarnegara itu adalah gempa jenis baru yang belum pernah ditemukan di daerah lain. Ini adalah gempa akibat sesar atau patahan baru. Penting untuk melakukan upaya identifikasi sesar aktif dan terus melakukan pemutakhiran peta sumber gempa.
Akibat gempa ini, 2.104 orang mengungsi. 29 Orang luka-luka, 26 di antaranya mengalami luka berat. Dua orang warga menjadi korban tewas, yakni bocah kelas 5 SD bernama Asep dan Kasri berusia 100 tahun.
(dnu/dkp)