PDIP Soal Serangan Balik Jokowi: Kesabaran Manusia Ada Batasnya

PDIP Soal Serangan Balik Jokowi: Kesabaran Manusia Ada Batasnya

Aditya Mardiastuti - detikNews
Minggu, 08 Apr 2018 08:48 WIB
Foto: Komarudin Watubun (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun menganggap tak ada yang istimewa jika Jokowi mulai buka suara soal 'serangan' isu yang ditujukan ke dirinya. Komarudin mengatakan kesabaran Jokowi pasti ada batasnya.

"Saya kira itu hal-hal biasa saja, dilihat luar biasa karena Pak Jokowi sebagai orang Solo yang budayanya selalu dengan sopan santun, dengan kesabaran. Tapi kalau sudah menjawab seperti begitu sudah hilang juga batas kesabaran selama ini," kata Komarudin saat dihubungi, Sabtu (8/4/2018) malam.

[Gambas:Video 20detik]



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Komarudin kemudian menyinggung soal maraknya berita bohong alias hoax yang menyerang Jokowi belakangan ini. Dia mencontohkan isu PKI merupakan hal yang terus diulang padahal sudah diklarifikasi. Sehingga wajar jika Jokowi mulai hilang kesabaran.

"Saya kira kita juga, bangsa ini sudah kehilangan daya nalar jadi orang terlibat dalam perdebatan tuduh-menuduh yang sebenarnya tidak mendidik. Contoh soal PKI kan berulang-ulang Pak Jokowi klarifikasi. Peristiwa itu dia baru lahir berapa tahun kan, masa dituduh terus jadi siapa juga orang pasti kesabaran bisa hilang. Itu Pak Jokowi, kalau kita orang timur sudah cari orang ke rumah kali," ujarnya.


Komarudin mengingatkan kritik boleh disampaikan tapi jangan sampai menyebarkan fitnah apalagi berita bohong alias hoax. Dia mengatakan bagaimanapun juga Jokowi adalah kepala negara yang perlu dihormati.

"Ya kita boleh kritik, tapi jangan menyebarkan isu fitnah, isu bohong apapun kekurangan beliau, beliau ini kan kepala negara kalau bukan rakyat yang menghormati siapa lagi yang menghormati beliau," katanya.


Dia pun menyindir elite politik yang menyerang Jokowi dengan isu hoax dan fitnah. Komarudin meminta agar ruang publik dijadikan ajang diskusi kritis bukan tempat menyebarkan hoax dan fitnah.

"Apalagi yang menuduh-nuduh bukan orang kecil justru orang berpendidikan, yang sudah memiliki pemahaman intelektual yang baik, yang berpendidikan. Jadi harus mengisi ruang negara ini dengan kecerdasan bukan ruang-ruang hoax. Para elite, komentator macam-macam itu menggunakan ruang publik untuk kecerdasan bukan ruang-ruang fitnah, ruang-ruang hoax," urainya.


(ams/abw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads