Dibanggakan Fadli Zon, Seperti Apa Sosok Putin Sebenarnya?

Dibanggakan Fadli Zon, Seperti Apa Sosok Putin Sebenarnya?

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 31 Mar 2018 12:22 WIB
Vladimir Putin (Yuri Kadobnov/POOL via Reuters)
Moskow - Nama Presiden Rusia Vladimir Putin disebut-sebut saat Waketum Gerindra Fadli Zon berbicara tentang sosok pemimpin Indonesia yang dibutuhkan saat ini. Sebenarnya seperti apa sosok Putin, yang sudah 18 tahun ini memimpin Rusia?

Putin, yang dijuluki 'man of action', lahir pada 7 Oktober 1952 di Leningrad, yang kini bernama St Petersburg. Dia belajar jurusan hukum dan bergabung dengan KGB setelah lulus kuliah. Semasa menjadi agen KGB, Putin bertugas sebagai mata-mata di Jerman Timur. Pada 1990, dia menjadi staf khusus Wali Kota St Petersburg Anatoly Sobchak.

Putin, yang kini berusia 65 tahun, pertama kali menjabat Presiden Rusia pada 2000-2004. Seperti dikutip dari BBC dan France24, Sabtu (31/3/2018), nama Putin mencuat setelah dia, yang menjabat Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (penerus KGB), ditunjuk menjadi Wakil Perdana Menteri, kemudian menjadi Perdana Menteri pada 1999, oleh Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Rusia dalam krisis serius, yang berdampak pada perekonomian pada musim gugur 1999, setelah terjadi pengeboman apartemen di Moskow dan sejumlah kota Rusia lainnya, yang menewaskan lebih dari 290 orang. Yeltsin saat itu sedang tidak sehat dan tidak sadarkan diri. Orang-orang dekat Yeltsin mulai putus asa mencari penggantinya. Mereka mencari sosok yang bisa menyatukan Rusia.

Sosok Putin menjadi pilihan setelah, beberapa pekan pascapengeboman di Moskow, Putin merilis ancaman publik yang membuat sosoknya tertanam dalam hati rakyat Rusia. Ancaman itu ditujukan kepada kelompok militan Chechnya, yang dianggap bertanggung jawab atas pengeboman itu.

"Jika kita menangkap mereka di toilet, kita akan menghancurkan mereka," demikian bunyi ancaman keras Putin saat itu.


Bahasa kasar itu mengejutkan rakyat Rusia, tapi diterima secara baik. Citranya sebagai pria tangguh mampu mencuri perhatian rakyat Rusia. Dengan restu Yeltsin, Putin mencalonkan diri dalam pilpres 2000. Dia melontarkan janji untuk menjadikan Rusia kembali hebat.

Tahun 2000, Putin menang pilpres dengan mudah. Bahkan dia menjabat periode kedua pada 2004-2008. Pada dua periode pertamanya, Putin melejit dengan adanya pemasukan besar dari sektor minyak dan gas, yang menjadi ekspor utama Rusia. Standar kehidupan sebagian besar rakyat Rusia meningkat. Kebanggaan nasional dan stabilitas dirasakan rakyat Rusia. Namun, sebagai dampaknya, demokrasi Rusia mulai tergerus.

Pada pilpres 2009, Putin dilarang oleh Konstitusi Rusia untuk menjabat presiden pada periode ketiga. Dia lantas menjabat Perdana Menteri Rusia. Namun, pada 2012-2018, Putin kembali menjabat Presiden Rusia setelah menang pilpres. Dalam pilpres terbaru tahun ini, Putin menang telak 76 persen dan akan menjabat untuk periode keempat hingga 2024 nanti.


18 Tahun Mendominasi Rusia, Popularitas Putin Masih Tinggi

Meski Putin telah lama memerintah, seperti dilansir BBC, angka kepuasan publik terhadap Putin masih tinggi. Popularitas semacam ini hanya bisa dimimpikan oleh pemimpin-pemimpin negara Barat. Slogan Putin soal patriotisme mendominasi media-media Rusia. Putin sendiri menyebut kebanggaan nasional jauh lebih penting dari perekonomian Rusia.

Putin, yang memiliki sabuk hitam untuk judo, juga dikenal atas rentetan kebijakan militer yang mengejutkan. Intervensi militer di Ukraina dengan mencaplok Crimea pada 2014 dan keterlibatan tentara Rusia di Suriah sebagai sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad mengejutkan banyak pengamat. Putin secara terang-terangan menunjukkan tekadnya untuk mempertegas kekuatan Rusia di mata dunia.

Kebijakan militer Putin yang keras ini disinyalir tidak lepas dari masa kecilnya yang keras. Diketahui bahwa Putin kecil tumbuh besar di lingkungan yang keras di Leningrad. Semasa kecil, dia sering berkelahi dengan bocah-bocah di lingkungannya, yang beberapa di antara berbadan lebih besar dan lebih kuat dari dirinya. Hal inilah yang membuat Putin tekun berlatih judo.


Dalam pernyataannya pada Oktober 2015, Putin menegaskan dirinya lebih baik langsung memerangi 'teroris' di Suriah daripada menunggu mereka untuk melancarkan serangan di Rusia. "Sekitar 50 tahun lalu, jalanan Leningrad mengajari saya satu aturan: jika pertempuran tidak bisa dihindari, Anda harus melepaskan pukulan pertama," ucapnya.

Meski dikenal penuh aksi dan tegas, pemerintahan Putin juga diwarnai kekhawatiran atas pelanggaran HAM. Para pengkritik dan penentangnya dibungkam, salah satunya Alexei Navalny, yang dipenjara setelah menggelar demo antipemerintah. Navalny bahkan dilarang maju pilpres. Kasus terbaru adalah insiden diracunnya eks mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Inggris.

Rusia, yang dituding mendalangi serangan itu, berulang kali membantah. Dampaknya, hubungan Rusia dan Inggris memburuk, yang berujung aksi saling mengusir diplomat. Tak hanya Inggris, Amerika Serikat dan puluhan negara lainnya ramai-ramai mengusir diplomat Rusia. Menanggapi aksi internasional ini, Rusia di bawah Putin mengambil langkah balasan yang tidak kalah tegas dengan mengusir balik para diplomat asing di wilayahnya.


Di sisi lain, terseretnya Rusia dalam insiden Skripal ini dipandang sebagai bagian dari upaya Putin untuk semakin menancapkan pengaruh Rusia di panggung dunia. (nvc/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads