"Tepatnya di sebelah utara dari Papua dan Halmahera. Bergerak sejak tanggal 25 Maret 2018 dari timur ke barat dan berbelok ke utara," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Gedung C BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/3/2018).
TCWC Jakarta sendiri genap berusia 10 tahun pada hari ini. Tercatat, sejak pukul 07.00 WIB, siklon tropis Jelawat berada di Samudera Pasifik sebelah utara Papua Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siklon ini berdampak pada cuaca di beberapa wilayah di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan antara lain hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dan gelombang tinggi di beberapa perairan Indonesia.
"Dampaknya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang berpeluang terjadi di wilayah Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, dan Papua Barat bagian utara," ungkap Dwikorita.
"Kemudian terjadi gelombang dengan tinggi gelombang mencapai satu hingga 2,5 meter di Laut Maluku, Gorontalo, Laut Sulawesi bagian tengah dan timur, perairan Kepuluan Sangihe, perairan Bitung-Manado, perairan utara Jayapura. Dan terjadi gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter di Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua," sambungnya.
Dwikorita menjelaskan durasi dari siklon tropis Jelawat tersebut tidak dapat diprediksi. Sebab, hal ini tergantung pada lokasi siklon tersebut tumbuh.
"Tentunya (durasi siklon Jelawat) ini tergantung juga pada, di daerah mana siklon itu tumbuh. Pada awalnya siklon itu tumbuh di laut. Suplainya dari penguapan air laut menjadi uap air. Di sini kemudian menjadi panas. Sehingga kalau prediksi siklon ini akan melintas di daerah laut terus kecenderungannya akan tinggi sekitar tujuh hari," jelas Dwikorita. (yas/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini