Alkisah pada suatu masa, kelak, Australia diserang negara tetangganya yang terdekat, Indonesia. Menghadapi invasi ini, tentu tak cuma pasukan bersenjata yang bertempur mempertahankan kedaulatan 'Negeri Kanguru' tersebut, melainkan segenap warga negaranya.
Misalnya saja Ben, konsultan bidang IT yang dalam keseharian sebelumnya sama sekali tak pernah berkelahi. Lau ada Grant, satpam di Bandara Internasional Sydney. Malangnya, Grant tertangkap dan ditawan di sebuah kamp. Sambil menanti hari kematiannya, dia diam-diam berupaya untuk melarikan diri. Akankah kedua warga biasa itu berhasil menyelamatkan diri dan negerinya?
Untuk menjawab hal itu, Anda perlu membaca kisahnya lebih lengkap dalam buku The Reckoning: The Day Australia Fell yang dirilis September 2013. Buku itu ditulis Keith McArdle yang pernah berdinas di Infantri Australia pada usia 17 tahun. Selain menulis The Reckoning, lelaki kelahiran Sydney pada musim 1978 itu juga menulis sejumlah kisah dan artikel yang diterbitkan surat kabar yang berafilisi dengan militer Australia dan penerbitan lainnya.
"Buku ini meramalkan sisi kelam sejarah Australia yang mungkin terjadi," begitu kalima yag tertulis di halaman sampul belakang buku tersebut.
Seperti Keith McArdle, mantan diplomat Australia pada era 1960-an Kerry B. Collison juga menulis tentang Indonesia masa depan dalam bentuk novel. Judulnya cukup panjang, Novel Rockefeller and the Demise of Ibu Pertiwi, When Australia and Indonesia Again Go to War. Buku setebal 366 halaman ini diterbitkan Sid Harta, Melbourne, September 2017.
Lewat buku ini, Kerry meramalkan terjadinya konflik bahkan perang antara Australia dan Indonesia yang dipicu oleh masalah desakan kemerdekaan rakyat Papua. Lobi-lobi oleh kelompok-kelompok pro kemerdekaan Papua terus dilakukan agar PBB menyetujui penentuan nasib sendiri rakyat Papua.
Sidang kabinet Australia berlangsung panas, ada sebagian menteri yang optimistis Indonesia akan meninggalkan Papua, seperti halnya terjadi di Timor Leste. Tapi ada juga yang berpendapat sebaliknya, bahwa Indonesia tak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan keputusannys terhadap Timor Leste. Di saat yang sama, TNI digambarkan bergerak provokatif dengan mendekati Pulau Christmas yang merupakan wilayah Australia.
Menilik latar Kerry, sejumlah pihak menilai novel ini tak sepenuhnya fiksi. Ya, Kerry pernah menjadi atas pertahanan Australia di Indonesia pada era 1960-an. Setelah tiga tahun dinas di kedutaan Australia dia mengundurkan diri dari AU negera itu, lalu berkiprah di bidang bisnis. Pada 1971 Presiden Soeharto memberikan kewarganegaraan kepada Kerry.
Pemimpin redaksi Defense and Foreign Affairs Strategic Policy, Gregory Copley membuat catatan terkait buku tersebut di eurasiareview.com pada 17 Oktober 2017. "Buku fiksi ini bacaan penting bagi siapa pun yang ingin memahami isu kemerdekaan Papua," tulisnya.
Realitasnya, upaya-upaya untuk merongrong Indonesia agar Papua lepas dari pangkuan NKRI memang terus terjadi hingga saat ini. Selain ada Organisasi Papua Merdeka, sejumlah LSM dengan sokongan negara-negara tertentu baik di kawasan Pasifik maupun Eropa, termasuk di Australia dan Selandia Baru terus bergerilya. Isu pelanggaran HAM oleh TNI menjadi salah satu isu yang mereka dengungkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, mengingatkan soal potensi Papua lepas dari NKI mengingat gencar dan sistematisnya kampanye soal itu di luar negeri. Karena itu ia mengajak semua pihak di Indonesia untuk bahu membahu mengcounger berbagai isu yang mereka lontarkan.
"Kita harus total football, urusan diplomasi yang satu ini jangan cuma diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri," ujarnya saat bertandang ke detik.com, Agustus 2017.
(jat/jat)