![]() |
Hingga sebulan setelah peristiwa itu, Sang Harimau masih berkeliaran. Warga sempat melihat harimau itu dengan santai berjalan di jalan poros untuk para pekerja kebun sawit.
Karyawan kebun merekamnya dari dalam truk yang akan melintas. Terlihat dalam rekaman itu, harimau ini berjalan mendekati truk. Melihat harimau ke arah truk, sopir pun memundurkan truknya.
Terdengar dalam rekaman itu, suara pria bertakbir. Harimau ini tampak santai mengarah ke truk tersebut. Harimau itu seakan tak takut berdekatan dengan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harimau ini kerap muncul di lokasi perkebunan itu. Karyawan di sana sampai sekarang masih ketakutan," kata Zain, warga Inhil, dalam perbincangan dengan detikcom.
Pada 12 Februari 2018, muncul temuan baru bahwa ada 2 ekor harimau yang berkeliaran di Inhil, Riau. Kesimpulan berdasarkan pengamatan BBKSDA Riau dari kamera jebakan. Mereka melihat ada belang yang berbeda sehingga dapat disimpulkan ada 2 harimau. Sejak itulah si harimau diberi nama Bonita, dan satu lagi diberi nama Boni.
Entah yang mana yang menerkam Jumiati. Kesimpulan awal menyebutkan keduanya berjenis kelamin betina.
Warga yang mengaku melihat penampakan harimau itu lalu melaporkan ke BBKSDA. Tim gabungan lalu menuju titik yang diceritakan warga pada Selasa (20/2).
"Memasuki kawasan hutan tim menemukan jejak harimau yang diperkirakan baru melintas," cerita Kapolsek Pelangiran Iptu M Rafi kepada wartawan keesokan harinya, Rabu (21/2).
Tak lama setelah itu, kata Rafi, secara tiba-tiba harimau itu muncul dari kawasan hutan. Jarak harimau dengan tim hanya tiga meter saja. Walau tim membawa senjata api, namun tidak melakukan penembakan. Tim hanya bisa berdiam diri melihat harimau berhadap dengan mereka. Lagi-lagi si harimau menampakkan diri secara tiba-tiba, dan kali ini membuat para petugas kaku bak batu.
Awal Maret, tim medis diturunkan untuk menembak bius harimau tersebut. Tak lama setelah itu muncul temuan baru yakni perilaku aneh dari harimau Bonita.
"Perilaku menyimpang itu kita duga sejak Bonita memangsa Jumiati beberapa waktu lalu. Dia menjadi terbiasa berdekatan dengan manusia," kata Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Hutomo, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (6/3).
Bonita juga beberapa kali ditemukan duduk santai di tepi jalan. Padahal seharusnya harimau menghindari kontak dengan manusia.
Minggu, 11 Maret 2018, satu lagi warga yang tewas diterkam harimau. Lokasi warga yang diterkam berjarak 20 km dari diserangnya Jumiati. Korban kedua bernama Yusri Effendi. Kuat dugaan, harimau Bonita kembali mengulangi perbuatannya.
"Harimau itu memang menyerang korbannya. Tapi kedua korbannya tidak dia makan. Organ tubuhnya masih utuh," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono kepada detikcom, Senin (12/3).
Setelah 2 orang tewas, warga pun berdemo minta harimau segera dibunuh. Tetapi setelah peristiwa kedua, harimau Bonita diduga telah meninggalkan permukiman warga dilihat dari jejak kakinya.
'Kesaktian' terbaru yang ditunjukkan harimau Bonita adalah mampu terhindar dari peluru petugas. Bahkan peluru tersebut melambat dan tak mengenai Bonita.
"Saya dan warga menyaksikan sendiri, peluru bius itu tidak mengenai harimau. Pelurunya yang ditembakkan tidak kencang, hanya terjatuh dekat harimau," kata Kepala Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kanan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Sarayo kepada detikcom, Kamis (15/3).
(bag/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini