Jakarta - Dua setengah bulan lalu sesosok harimau mengegerkan warga Riau setelah menerkam seseorang. Hingga kini harimau yang belakangan diberi nama Bonita itu masih berkeliaran di sekitar warga Inhil, Riau.
Jumiati (33), adalah seorang pekerja di sebuah perusahaan sawit yang berlokasi di Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Dia bersama Fitriyanti (40) dan Yusmawati (33) sedang bekerja pada Rabu siang (3/1/2018) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di siang hari itu, seekor harimau muncul dengan tiba-tiba. "Terkejut melihat adanya harimau, ketiganya langsung berlari meninggalkan lokasi tersebut," kata Kapolsek Pelangiran, Iptu Rafi kepada
detikcom, Kamis (4/1).
Mereka berlari menjauh hingga 200 meter dari titik munculnya Bonita. Mereka cukup bisa menarik nafas lega ketika hewan bertaring itu tak lagi tampak. Tapi mereka terus berlari menjauh.
Alangkah terkejut bukan kepalang ketika mereka sudah jauh berlari, harimau itu mendadak muncul di hadapan mereka. Sosok berkulit belang itu langsung membuat Jumiati dan kawan-kawan lekas berpikir untuk menyelamatkan diri. memanjat pohon sawit adalah yang terlintas di benak mereka.
Fitriyanti sebenarnya sempat terjatuh ke lumpur dan tak lagi bisa bergerak. Tapi harimau itu memilih Jumiati yang masih ada di atas pohon. Dengan cakarnya, harimau itu bisa memanjat pohot sawit dan menerkam kaki Jumiati. Sejurus kemudian, Jumiati jatuh lantaran kakinya diterkam. Setelah jatuh, Jumiati harus berduel dengan harimau itu hingga taring sang hewan menancap di leher Jumiati.
"Ada 15 menit Jumiati bergumul dengan harimau. Juamiati mengalami luka serius di bagian lehernya yang akhirnya tewas," kata Rafi.
Bonita si harimau lantas pergi begitu saja setelah menyerang Jumiati. Jasad Jumiati dipulangkan ke Sumatera Utara keesokan harinya.
Jumat (5/1), tim gabungan yang terdiri dari Polres Inhil, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan aktivias LSM lingkungan menyisir lokasi Jumiati diterkam harimau. Kamera jebakan yang ada di lokasi pun diperiksa semua.
Sejumlah gambar harimau didapatkan dari kamera-kamera jebakan. Kamera itu sudah dipasang sejak Desember 2017 atau sebelum kematian Jumiati. Tampak seekor harimau duduk santai di perkebunan. Harimau itu kemudian perlahan bergerak dan sempat menatap ke arah kamera.
 Penampakan harimau Bonita yang duduk santai di kebun sawit. Foto: Dok. BBKSDA Riau |
Hingga sebulan setelah peristiwa itu, Sang Harimau masih berkeliaran. Warga sempat melihat harimau itu dengan santai berjalan di jalan poros untuk para pekerja kebun sawit.
Karyawan kebun merekamnya dari dalam truk yang akan melintas. Terlihat dalam rekaman itu, harimau ini berjalan mendekati truk. Melihat harimau ke arah truk, sopir pun memundurkan truknya.
Terdengar dalam rekaman itu, suara pria bertakbir. Harimau ini tampak santai mengarah ke truk tersebut. Harimau itu seakan tak takut berdekatan dengan manusia.
Padahal di lokasi itu sudah dipasang umpan seekor kambing oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Umpan tersebut diharapkan memancing harimau untuk masuk jeratan.
"Harimau ini kerap muncul di lokasi perkebunan itu. Karyawan di sana sampai sekarang masih ketakutan," kata Zain, warga Inhil, dalam perbincangan dengan
detikcom.
Pada 12 Februari 2018, muncul temuan baru bahwa ada 2 ekor harimau yang berkeliaran di Inhil, Riau. Kesimpulan berdasarkan pengamatan BBKSDA Riau dari kamera jebakan. Mereka melihat ada belang yang berbeda sehingga dapat disimpulkan ada 2 harimau. Sejak itulah si harimau diberi nama Bonita, dan satu lagi diberi nama Boni.
Entah yang mana yang menerkam Jumiati. Kesimpulan awal menyebutkan keduanya berjenis kelamin betina.
Warga yang mengaku melihat penampakan harimau itu lalu melaporkan ke BBKSDA. Tim gabungan lalu menuju titik yang diceritakan warga pada Selasa (20/2).
"Memasuki kawasan hutan tim menemukan jejak harimau yang diperkirakan baru melintas," cerita Kapolsek Pelangiran Iptu M Rafi kepada wartawan keesokan harinya, Rabu (21/2).
Tak lama setelah itu, kata Rafi, secara tiba-tiba harimau itu muncul dari kawasan hutan. Jarak harimau dengan tim hanya tiga meter saja. Walau tim membawa senjata api, namun tidak melakukan penembakan. Tim hanya bisa berdiam diri melihat harimau berhadap dengan mereka. Lagi-lagi si harimau menampakkan diri secara tiba-tiba, dan kali ini membuat para petugas kaku bak batu.
Awal Maret, tim medis diturunkan untuk menembak bius harimau tersebut. Tak lama setelah itu muncul temuan baru yakni perilaku aneh dari harimau Bonita.
"Perilaku menyimpang itu kita duga sejak Bonita memangsa Jumiati beberapa waktu lalu. Dia menjadi terbiasa berdekatan dengan manusia," kata Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Hutomo, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (6/3).
Bonita juga beberapa kali ditemukan duduk santai di tepi jalan. Padahal seharusnya harimau menghindari kontak dengan manusia.
Minggu, 11 Maret 2018, satu lagi warga yang tewas diterkam harimau. Lokasi warga yang diterkam berjarak 20 km dari diserangnya Jumiati. Korban kedua bernama Yusri Effendi. Kuat dugaan, harimau Bonita kembali mengulangi perbuatannya.
"Harimau itu memang menyerang korbannya. Tapi kedua korbannya tidak dia makan. Organ tubuhnya masih utuh," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono kepada detikcom, Senin (12/3).
Setelah 2 orang tewas, warga pun berdemo minta harimau segera dibunuh. Tetapi setelah peristiwa kedua, harimau Bonita diduga telah meninggalkan permukiman warga dilihat dari jejak kakinya.
'Kesaktian' terbaru yang ditunjukkan harimau Bonita adalah mampu terhindar dari peluru petugas. Bahkan peluru tersebut melambat dan tak mengenai Bonita.
"Saya dan warga menyaksikan sendiri, peluru bius itu tidak mengenai harimau. Pelurunya yang ditembakkan tidak kencang, hanya terjatuh dekat harimau," kata Kepala Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kanan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Sarayo kepada
detikcom, Kamis (15/3).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini