"Yang pertama yang mungkin terjadi, itu harimau sebenarnya belum dewasa penuh, masih remaja, mungkin baru 1-2 tahun kalau dilihat dari video. Waktu masih agak kecil, itu indikasinya adalah dia kehilangan induknya saat dia berada di wilayah tersebut," kata Ketua Forum HarimauKita Munawar Kholis saat dihubungi, Kamis (8/3/2018).
Kholis menyebut Forum HarimauKita turut terlibat memantau perkembangan harimau Bonita bersama beberapa lembaga lain seperti BBKSDA Riau, WWF, dan lainnya, yang tergabung dalam sebuah tim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa jadi induknya kemudian mati akhirnya anaknya berkeliaran di situ. Dia masih mencium keberadaan induknya. Kan mereka berkomunikasi pakai kelenjar yang dikeluarkan melalui urine," tutur Kholis.
Faktor selanjutnya, kata Kholis, harimau Bonita menjadi menyimpang karena mungkin kemampuan berburunya menurun. Jika demikian, harimau dikatakannya cenderung mencari mangsa yang mudah ditangkap.
Manusia, kata Kholis, masuk dalam salah satu kriteria atau incaran harimau yang kemampuan berburunya menurun.
"Kalau dia sakit, punya penyakit tertentu, kemampuan berburunya akan menurun. Dia sakit kemudian dia mencari buruan yang mudah ditangkap. Ya kayak cari ternak mungkin di situ ada orang miara ternak yang tidak dikandangkan misalnya," jelas Kholis.
"Atau, dia lebih mau nangkap orang itu lebih mudah diburu. Jadi ada kasus dia nerkam orang," imbuhnya.
Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Hutomo, sebelumnya menjelaskan hewan ganas itu kini seperti ingin menjadi kucing yang dekat dengan manusia.
"Jadi sepertinya harimau itu ingin berperilaku seperti kucing yang bisa beradaptasi dengan lingkungan manusia. Bonita sepertinya ingin bermanja-manja dengan manusia. Itu kesan yang kita prediksi dari sikap Bonita itu," kata Hutomo. (gbr/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini