"Jadi untuk pelanggan standar, kita ada pelanggan sekitar 405 ribu seluruh DKI. Yang di selatan itu ada hampir 50 ribu sambungan. Gedung 800-an," kata Department Head CS DPP Selatan Bahdier Johan saat berbincang dengan detikcom di kantornya, Jalan Darmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jaksel, Rabu (14/3/2018).
Bahdier menyebut, dari 50 ribu pelanggan air PAM, 40 persen di antaranya tak menjadikan air PAM sebagai sumber utama. Tapi sebagai cadangan saat air tanah tak bisa dipakai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disebabkan oleh faktor air tanah di Jakarta Selatan relatif bagus dibandingkan di wilayah lain Jakarta. Karena itu, masyarakat lebih memanfaatkan air tanah dibanding air PAM.
"Kalau penggunaan air di Jakarta Selatan relatif agak sedikit, banyak penggunaan air tanah. Walaupun mereka berlangganan PAM, air Palyja, tapi banyak yang pemakai juga tidak memakai air PAM-nya. Jadi sebagai cadangan. Karena di selatan ini, kondisi air tanahnya paling bagus," ujar dia.
Kendati demikian, Bahdier tetap menyarankan masyarakat beralih menggunakan air PAM. Pasalnya, air tanah di Jakarta secara perlahan-lahan dapat berimplikasi buruk bagi kesehatan dan lingkungan.
"Dari sisi lingkungan, orang nggak sadar, makin lama makin padat. Dengan makin padatnya perumahan, otomatis buangan limbah itu semakin tinggi, limbah rumah tangga, industri. Semua tumplek, masuk ke dalam tanah tanpa filter," papar dia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta warga berhenti mengambil air tanah dan beralih menggunakan air PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Menurutnya, penurunan permukaan tanah di Jakarta sudah mengkhawatirkan.
"Rumah-rumah juga, karena masih banyak sekali rumah yang mengambil air, termasuk rumah saya, jadi kita matikan. Palyja adi sudah masuk dan kita mau sekarang seluruh masyarakat saling mengingatkan untuk setop ambil air tanah," jelas Sandiaga di Gedung Teknis, Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Selasa (13/3/2018). (knv/idh)











































