Prasetyo menjelaskan retakan tembok itu ada di lantai 11 gedung DPRD DKI Jakarta. Dia juga menyatakan tembok miring.
Karena retakan di tembok cukup besar, Prasetyo pun khawatir karena ruang kerjanya persis di bawahnya, yakni lantai 10. Atas alasan keselamatan, dia meminta ruang kerjanya untuk sementara dipindahkan sampai perbaikan di lantai 11 selesai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masak gedung semegah itu, yang masih baru, sudah mengalami keretakan, bahkan miring. Ini sangat berbahaya. Jangan sampai hal yang tidak kita inginkan terjadi," kata Prasetyo kepada detikcom, Rabu (20/12/2017).
"Selagi dibenahi, saya juga mendorong agar pembangunan gedung ini diaudit, kok bisa bangunan itu mengalami kerusakan seperti itu," sambungnya.
Gedung baru DPRD DKI Jakarta baru dibangun pada 2012. Anggaran yang dihabiskan untuk membangun gedung di lahan seluas 5.984 meter persegi itu sebesar Rp 500 miliar.
Sementara itu, gedung lama DPRD DKI Jakarta masih difungsikan. Gedung lama ini biasa digunakan untuk rapat paripurna.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meninjau langsung tembok gedung DPRD DKI yang miring dan mengalami keretakan ini pada Jumat (15/12) lalu. Dia didampingi Kabiro Umum Setda DKI Jakarta Firmansyah.
"Kita semua lihat di sana ada retak, tembok di lantai itu miring 20 derajat dari siku," papar Anies setelah meninjau lantai 11 gedung DPRD DKI Jakarta.
Sementara itu, Firmansyah mengatakan tembok tersebut miring diprediksi karena tekanan udara dari mesin AC. Karena bahan tembok bukan beton, terdorong oleh udara yang berasal dari mesin pendingin udara.
Firmansyah menuturkan kontraktor yang membangun gedung tersebut, PT Jaya Konstruksi, juga sudah meninjau masalah tembok ini. Kata dia, pihak kontraktor akan segera memperbaikinya. (hri/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini