"Komunitas Gurat, didirikan untuk mencetak pelukis-pelukis muda dari anak-anak sampai dewasa," kata Ketua Komunitas Gurat Didi Suryadi (25) kepada detikcom di sanggar lukis Komunitas Gurat di Kampung/Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (26/10/2017).
Didi menuturkan, perkumpulan pelukis muda ini berdiri 2010 yang beranggotakan sekitar 100 orang pelukis muda asal Jelekong. Selain mencetak pelukis-pelukis muda, Didi mengungkapkan, sanggar Komunitas Gurat kerap dijadikan tempat workshop dan pelatihan dengan sasaran pelukis yang ingin menggelar pameran serta mengasah bakat seni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai seni lukis di Jelekong terus berkembang. Hal tersebut dilihat dari regenerasi pelukis-pelukis muda yang begitu cepat. Sejak dari umur belasan tahun atau rata-rata lulusan SD dan SMP warga Jelekong sudah lihai melukis.
Pantauan detikcom, di sanggar berukuran sekitar 8x8 meter itu, para pelukis muda itu sedang menyelesaikan sejumlah lukisan yang dipesan oleh pelanggannya. Ada lukisan buah-buahan, bunga tulif, ikan koi, pemandangan, wajah dan lainnya.
Tanpa ada pendidikan akademis, rata-rata pelukis muda dari Jelekong belajar secara autodidak, hanya melihat, meniru dan diajarkan oleh orangtua, kakak atau saudaranya. Karya lukis itu dijual ke Jakarta, sebagian Jawa dan Bali, bahkan ke Asia Tenggara.
"Kita tidak pernah memaksa anak-anak muda di Jelekong untuk bisa melukis. Mereka kami ajak main positif di sanggar lalu setelah ada rangsangan mereka tertarik untuk belajar melukis," papar pria yang hanya lulusan SMP itu.
Guna mencetak seniman andal, menurut dia, tergantung bakat dan minat yang dimiliki calon pelukis muda.
"Ada yang bulanan langsung bisa ada juga sampai tahunan, tergantung kemauan dan imajinasi. Banyak faktor pendukung tentang cepat lambat belajarnya. Sasarannya bukan cari uang kita harus terus belajar dan tunjukan anak desa ini sebagai pencetak pelukis yang sudah dikenal banyak orang," tutur Didi.
Di tempat ini keseharian mereka memproduksi lukisan dengan obyek gambar yang sama seperti aneka buah dan bunga.
"Kalau lukisan high quality pengerjaannya lama, kalau lukisan produksi (objek buah dan bunga) setiap pelukis dalam seharinya dapat menghasilkan delapan lukisan. Hitungannya jam bukan hari," ujar Didi.
Salah satu pelukis muda asal Jelekong, Rahmat (21) mengatakan, mulai aktif melukis sejak kelas tiga SMP. Dulu Rahmat belajar melukis hanya sekedar hobi, kini bakatnya sebagai mata pencaharian.
"Seminggu saya bisa menghasilkan Rp 600 ribu. Alhamdullilah hasil lukisan saya banyak yang suka dan dihargai orang," ucap Rahmat. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini