"Ya sepertinya si pawang ini, saya menilainya si buaya itu, pawang itu sebagai saingan, dibunuh lah, kalau dia birahi, makannya memang kurang, kalau musim kawin, birahi kan, biasanya makannya kurang," tutur peneliti LIPI, Hellen Kurniati saat dihubungi, Senin (18/9/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepertinya yang pawang ini, itu dianggap mengganggu teritorialnya dia, masalahnya bulan ini musim kawin buaya muara, musim kawin lah bulan ini, berarti itu di bertelor di musim hujan, Oktober lagi bikin sarang-sarang, itu lagi ganas-ganasnya," ujarnya.
Hellen mengungkapkan buaya betina bahkan akan lebih agresif dibanding buaya jantan bila telah membuat sarang untuk bertelur. Buaya akan berusaha sedemikian rupa untuk menjaga sarangnya dari segala ancaman.
"Apalagi nanti ya si betina kalau sudah jaga sarang luar biasa ganasnya, dia benar-benar jaga sarangnya, itu pokoknya ganasnya melebihi sifatnya dia sehari-hari, jaga sarang, ada yang mau jaga sarang, dia membela sarangnya," ungkapnya.
Nah, si pawang ini, kemungkinan dianggap sebagai saingan sebab mengganggu wilayah sekitar dengan terjun ke sungai untuk mencari Arjuna yang telah hilang sebelumnya. Suprianto diserang hingga tewas namun tubuhnya tak dimakan oleh buaya sebab pada musim kawin, aktivitas makan buaya biasanya berkurang.
Sebelumnya diberitakan, jasad Arjuna dan sang pawang Suprianto yang diterkam buaya ditemukan setelah dilakukan pencarian selama kurang lebih 24 jam. Jasad keduanya dinyatakan utuh.
Peristiwa itu bermula dari hilangnya sosok Arjuna, yang diterkam buaya pada Jumat (15/9). Suprianto, yang seorang pawang, kemudian diminta mencari Arjuna. Suprianto terjun ke sungai untuk mencari Arjuna.
Alih-alih menemukan jasad Arjuna, sang pawang malah ikut diserang juga oleh buaya. Suprianto pun tewas pada Sabtu (16/9).
(rvk/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini